Hari-Hari Pertama
Hari-hari pertama, emang bener, merupakan hari-hari yang paling menyiksa. Gak berhenti-berhentinya gue ngomong, aduh, ngapain gue di benua kaya' gini. Di mana-mana pasir. Di mana-mana bule. Ini bukan dunia gue. Gue pengen pulang.Tapi, shows must go on kan. Mo pulang, gimana juga caranya. Orang tiket baru ada nanti tanggal 24 Desember.
Sydney, emang cakep banget. Tempatnya bersih, teratur, pokoknya hmm.... yah emang gak bisa dibandingkan dengan Jakarta. Mungkin agak kayak Jogja kali ye. Tapi karena tempatnya yang berbukit-bukit, nah gue malah ingat sama Semarang.
Gue tinggal di daerah perbukitan, di suburbs. Tepatnya di daerah Brookvale. Tempatnya sepi emang, gak di pusat kota, tapi enak kok. Pantai terdekat kira-kira sekitar 15 menitlah.
Gue satu kamar dengan cewek Hongkong sekitar 36 tahun. Iya, udah ibu-ibu banget. Tapi dia asyik, lucu, dan kita eh kami sering banget ketawa. I'll show you her picture later.
Ada juga cewek Jerman, Isabel dan cewek Perancis, Solene yang numpang di kamar sebelah. Di sebelahnya lagi kamar cowok yang dihuni dua makhluk. Satu Jerman (Sebastian) dan satu lagi Taiwan (Mark). Tiga Eropa dan tiga Asia. Perfect mix, eh.
Host Mothernya bernama Roseann. Orang Australia yang tinggal di Jerman lama banget (20 tahun!). Jadi suasana Jerman tuh kerasa banget di rumah. APalagi kalau tiga makhluk itu ngomong Jerman. Bete deh.
Sejauh ini gue lebih suka suasana rumah daripada suasana sekolah. Nggak tahu deh. Mungkin karena masih pada baru, jadi masih pada jaim-jaiman (kata mbak Uci, nih). Rasanya, lebih mudah bagi gue untuk blend in ke dalam rumah daripada sekolah. Di rumah, selama satu jam, gue udah ketawa-ketiwi, lho.
Yah, ntar gue cerita lagi. Numpang komputer gratisan dan gue belum makan nih.