Siapa Yang Lebih Nasionalis?
Hmmm... pertanyaan ini beredar di rumah gue kemarin pas gue sadar bahwa anak-anak Jepang yang pernah stay di rumah gue ternyata nggak bisa nyanyi lagu kebangsaan mereka sendiri.
Gue : *kedip-kedip nggak percaya* Nggak bisa Kimigayo?
Nyokap : Iya.
Gue : Kok bisa, sih? Emang di SD di Jepang nggak diajarin apa?
Adek no. 2 : Anak Jepang sekarang emang gitu.
Gue : Kok bisa, sih? Negara macam apa yang anak mudanya nggak hafal lagu nasional sendiri?
Adek no. 2 : Katanya lagu Kimigayo itu rada-rada rasis gitu.
Gue : So?
Adek no 2 : Mungkin bagian dari penghapusan sejarah. Jepang kan berusaha menghapus sejarah bahwa mereka pernah menjajah, termasuk Indonesia. Anak Jepangnya banyak yang gak tahu kalau negara mereka menjajah Indonesia. Dianggapnya Jepang melindungi Indonesia. *Ini nih omongannya anak Sejarah*
Anyway, kalau hafal tidaknya lagu kebangsaan bisa jadi ukuran nasionalisme, mungkin guru-guru Indonesia boleh berbangga hati. Paling gak mereka lebih sukses menanamkan doktrin daripada guru Jepang.
Cumaaa... jangan senang hati dulu. Salah satu indikator nasionalisme menurut gue adalah cinta produksi dalam negeri. Nah, ini nih masalahnya. Berapa banyak orang Indonesia yang benar-benar bangga pakai buatan dalam negeri? Kalau ada dua baju, sama harganya, sama bahannya, dan satu-satunya pembeda cuma yang satu buatan Indonesia dan yang satu buatan Perancis, nah lho... mana yang kamu pilih?
Adek no 1 : Buatan Indonesia
Gue : Masa?
Adek no 1 : Iya!
Gue : Masa? Ini Perancis, lho. Perancis.
Adek no 1 : Emang lu yang nafsu belanja Axara begitu diskon 50%?
*jlepp!*
Note: Axara itu clothing line dari Perancis yang harganya gak mungkin gue jangkau kalau nggak diskon 50%.
Coba bandingan dengan sifat orang Jepang atau orang Korea yang bangga dengan buatan dalam negeri mereka. Mereka malah ketawa kalau orang mereka ada yang bangga memakai produk Amerika, misalnya. Sedangkan kita?
Jujur aja, kalau cinta produk dalam negeri jadi ukuran, gue juga kalah banget. Gue masih bangga pakai sepatu Charles & Keith (Malaysia). Masih senang pakai parfum Oriflame (Swedia) dan masih pakai kosmetik The Body Shop (Inggris) dan The Face Shop (Korea).
Untungnya saya masih hapal lagu-lagu perjuangan dan teks proklamasi. Yah paling nggak nasionalisme saya mungkin sedikit lebih tebal dari mahasiswa-mahasiswa yang diwawancarai Metro TV. Masa dari 50 mahasiswa cuma 1 yang bisa lancar menyebutkan teks proklamasi?