Kebahagiaan Itu Ternyata Murah....
Indeks ini disusun berdasarkan tingkat pengeluaran masyarakat, usia harapan hidup dan tingkat kebahagiaan, bukan dengan tolok ukur kesuksesan ekonomi suatu negara seperti produk domestik bruto (PDB). Studi itu disusun oleh lembaga pengkajian the New Economics Foundation (NEF).
Ukuran tidak penting
Salah satu penyusun indeks NEF, Nic Marks mengatakan tujuan indeks itu adalah memperlihatkan bahwa kebahagiaan tidak harus terkait dengan kekayaan dan tingkat pengeluaran yang tinggi.
"Jelas bahwa rtidak satu pun negara yang masuk ke dalam indeks itu memiliki segalanya, tetapi ini memberikan indikasi bagaimana kita mencapai umur panjang dan hidup bahagia dengan apa yang ada di sekitar lingkungan kita," kata Marks.
Vanuatu adalah negara kepulauan kecil di Pasifik Selatan dengan penduduk 209.000 orang dan bukan negara kaya. Perekonomiannya tergantung pada pertanian berskala kecil dan industri pariwisata. PDB Vanuatu hanya menempati peringkat ke-207 dari 233 negara. Namun, masyarakat negeri ini tetap merasa bahagia.
Di peringkat lima besar, ditempati negara-negara Amerika Latin dan Tengah serta Karibia, yaitu Kolombia, Kosta Rika, Dominika dan Panama. Sedangkan Zimbabwe menempati peringkat terbawah daftar ini. Di peringkat lima besar terbawah adalah Swaziland, Burundi, Republik Demokratik Kongo dan Ukraina.
Sementara negara-negara makmur ternyata bukan termasuk yang terlalu bahagia. Inggris menempati peringkat ke-108, Jerman ke-81, Jepang ke-95 dan Amerika Serikat di peringkat ke-150. Sedangkan Rusia di tempat ke-172 dan Italia di peringkat-66.
Belanja
Belanja tidak akan membawa kebahagiaan kata studi NEF. Koordinator ekonomi Friends for the Earth, Simon Bullock mengatakan dari hasil penelitian itu menunjukkan kebahagiaan ternyata tak harus menguras isi bumi.
"Penelitian dengan basis PDB sudah kuno, tidak membangun dan tidak menciptakan hidup yang lebih baik," kata Bullock.
"Contohnya perekonomian Inggris maju pesat, namun nyatanya masyarakat Inggris tak lebih bahagia ketimbang orang Kolombia, bahkan jauh tidak bahagia."
Marke Lowen dari Vanuatu Online, koran online negeri kecil itu mengatakan rakyat Vanuatu bisa bahagia karena terbiasa dengan kondisi yang serba minim.
"Kami bisa bahagia karena masyarakat kami sudah puas dengan kondisi yang serba terbatas ini," katanya pada harian Guardian. "Kami bukan masyarakat yang konsumtif. Kehidupan kami di sini adalah tentang keluarga, teman dan berbuat baik untuk orang lain. Vanuatu adalah tempat di mana Anda tak pernah merasa khawatir."
"Satu-satunya hal yang kami khawatirkan hanyalah angin topan dan gempa bumi."
Di mana posisi Indonesia? Ternyata masyarakat Indonesia dinilai cukup bahagia karena menempati peringkat ke-23. Namun, Filipina maih sedikit lebih baik di posisi ke-17 sedangkan Thailand di posisi ke-32.
Kalau ngeliat tulisan di atas, ternyata ukuran kebahagiaan tuh bukan seberapa banyak yang kita punya, tapi seberapa puas kita akan apa yang kita miliki. Tapi senang juga ngeliat orang Indonesia di posisi 32. Orang Indonesia tuh ternyata emang nrimo banget. Dan kalau dipikir-pikir ada untungnya juga. Orang Indonesia jadi nggak ngoyo-ngoyo banget. Dapat ya syukur, nggak ya keterlaluan. Gyahahahaaa.....
Tapi belanja nggak mendatangkan kebahagiaan? He..he...he... yang bener, nih? Gue masih senyum-senyum senang kok setelah berhasil dapat celana Axara diskon 50% tuh!
Gimana dengan kamu? Bahagiakah kamu sebagai manusia made in Indonesia?