It's Red Eye, but I lost in his Blue Eyes
Peserta nomat bersama di Citos kali ini, cuma bertiga. Gue, Putsky, dan Mila. Jumlahnya jauh lebih kecil daripada waktu nonton Charlie and The Chocolate Factory (8 orang). Gue sengaja nggak bawa Dimas karena gue nggak mau sepanjang nonton kudu denger komentar pedesnya soal Red Eye.
Perasaan gue, nggak tahu, berbunga-bunga banget sepanjang ke Citos. 30 menit lagi nonton Cillian Murphy. 15 menit lagi nonton Cillian Murphy...
Bahkan gue dan Putsky teriak tertahan ketika melihat namanya keluar di layar. Untung di sebelah gue nggak ada orang. Kalau ada... Buset... benar-benar balik jadi anak ABG gue...
Untuk ceritanya sendiri, Red Eye biasa banget. Rachel Adams jadi Lisa, manajer hotel, yang mo naik pesawat. Di pesawat, dia ketemu Jackson (CIllian Murphy) yang langsung ngaku kalau dia nawan bokapnya Lisa. Kalo gak mo nurutin, bokapnya Lisa bakal dibunuh. Lisa nggak mau, soalnya Jackson bakal melakukan pembunuhan terhadap pejabat negara. Dan ya gitulah 85 menit gue ngeliatin usaha Rachel (yang gak penting buat gue) dan bolak balik terpesona ama wajah Cillian Murphy.
Ampe abis nonton pun gue masih smitten sendiri. Ketawa-ketiwi sendiri. Ampe diledekin ama Mila dan Pustky. Tapi mereka juga sama kayak gue kok.. nonton Red Eye cuma buat nonton Cillian juga... aduh para cilimania ini.... Sepertinya ini bakal jadi dosa terbesar gue dalam sejarah pernontonan. Nonton dan ngeluarin duit 22.500 cuma buat mandangin tampang orang doang tanpa peduli kualitas ceritanya....
Karena udah kemalaman akhirnya gue nginap di tempat Putsky. Like I said before, maya lagi cuti, jadi gue bisa nginep di tempatnya. Buat sopan-sopanan, gue SMS Maya.
Dee: May, gw dah ampe kamar loe. Boleh gw acak2 *tanduk keluar*? Tergoda, nih!.
Maya: Yah..mbok... gimana sih mbok kok baru datang. Padahal kan seharusnya tadi pagi. Gimana tadi nontonnya. Pasti gak bagus. Soalnya gak ada gue.
Dee: *dongkol* Gak sopan. Udah suruh bersih2 ngeledek laki gue lagi. Huh!
Maya: Kalo lu pembokat gue, berarti cilian tukang kebun gue, dong... hueheheheh
Dee: *ugh! langsung membayangkan Cillian dalam seragam tukang kebun* Sini, loe! Gue garuk loe. Bolak Balik!
Maya: Jangan garuk, deh. Pijet aja.
*nimpuk jarak jauh buat Maya*
Putsky yang baca cuma ketawa. "Nggak bakal menang loe ngelawan Maya!"
Emang bener.
Ah, what a lovely night. Bisa nonton Cillian sepuasnya dan abis itu dilanjutin diskusi tentang novel gue sampai malam. Tentang kritik putsky, gue masukin di postingan yang lain. See ya, people. Malam ini gue mau mimpi tentang Cillian.
*matiin lampu*
posted by dee @ 10:56 PM
Monday, August 29, 2005
posted by dee @ 12:51 AM
Tuesday, August 23, 2005 Mungkin separuh kekhawatiran gue adalah karena gue sadar novel gue ini belum sempurna. Jauh bangeeeettt dari sempurna. Gue takut dianggap terlalu shallow, terlalu cepat, terlalu datar... terlalu segala yang jelek-jelek. Bukan gue takut dikritik, hanya saja. Entahlah. Gue sedikit takut mereka memandang gue dengan mata separuh dan berkata lewat mata, "Oh, ternyata level loe cuma segini." Kekhawatiran kedua datang setelah tour de Gramedia Matraman. Di sana, well, banyak tumpukan buku-buku (iyalah masa' tumpukan paku payung! ). Gue banyak menemukan buku 'teman-teman' sesama penulis gue yang pribadinya -istilahnya- tahu lah karena pernah ketemu langsung ataupun lewat internet. Gue melihat buku guru gue, A.S. Laksana (Cinta Silver) di Jakskul, teman-teman KG Gue (Yenny 'Miss Jutek', Melody 'Mak Comblang', Gynny Lynn 'Graffiti'). Cuma untuk buku Primadonna Angela, gue nggak menemukannya. Gomen..... Perasaan gue setelah melihat begitu banyak buku fiksi? Gue merasa tiba-tiba badan gue mengecil terus lari-lari bingung gitu..... Buat buku-buku yang ada di lingkaran tengah ruangan sudah jelas nasibnya beruntung. Setidaknya, orang pasti lihat dan ngasih perhatian. (Beli pertimbangan kedua atau keseribu) Tapi bagaimana dengan nasib buku di pojok ruangan, pojok rak? Itu masih bagus. Bagaimana kalau malah salah rak? Kalau gue ngeliat buku-buku fiksi yang cuma teronggok di pojokan, gue bertanya-tanya sendiri. Gimana nasib penulisnya? Apa nggak menggenaskan? Berjuang tiap malam ngetik ampe tangan mau remuk, melakukan riset pontang-panting, berjuang sekuat tenaga membujuk penerbit agar mau akhirnya hanya berakhir di rak buku... yang salah pula. Bagaimana kalau hal yang serupa terjadi pada gue? Begitu banyak buku. Begitu banyak penulis. Apa yang membuat gue yakin, gue nggak bakal berakhir di rak buku pojokan itu? Entah mana yang lebih mengerikan. Gagal membuat novel. Atau berhasil membuat novel tapi gagal diperhatikan orang.
posted by dee @ 5:44 PM
Friday, August 19, 2005
posted by dee @ 11:36 PM
Thursday, August 18, 2005
posted by dee @ 6:27 PM
Sunday, August 14, 2005
posted by dee @ 8:56 PM
Thursday, August 11, 2005
posted by dee @ 6:50 PM
Tuesday, August 09, 2005
posted by dee @ 10:05 PM
It's Kamcing.... It's Kumbing...!!!
Sudah mungkin lebih dari dua bulan sejak kepergian kucing gue tersayang, mbah bundel, tanpa jejak. Selama masa itu, posisi penguasa kucing berada di kucing betina gue, Ketem, serta beberapa kucing jantan yang berusaha mengambil tampuk kepemimpinan. Tapi selama ini semua pejantan itu gagal lantaran ketem benar-benar kucing betina yang gigih mempertahankan keperawanannya. ^_^ (he..he..he... bohong, dweng... abis nyatanya kucing gue juga kegatelan juga dan sekarang lagi hamil)
Lalu datang datang kucing satu ini. Awalnya, gue dan adek gue baru pulang dari Indomaret dan melihat sesosok kucing di atas tempat mantan kotak pos. (Maksudnya dulu di situ ada kotak pos tapi karena selalu didorong sama mbah bundel, akhirnya kotak pos itu rubuh).
Dari belakang, wujudnya persis seperti mbah bundel. Putih campur cokelat kuning. Tapi begitu kami manggil, kucing itu menengok dan....
kami berdua terkejut.
Ini kucing atau kambing?
Berikut analisis dari penghuni rumah.
Bokap : (wajah serius) Itu kucing hasil persilangan gen.
Dee : (wajah polos) Gen apa?
Bokap : gen kucing sama gen kambing.
Nyokap: Itu dulu waktu lahir mukanya kegencet ama nyokapnya. Atau kalau nggak nyokapnya dulu ngidam kambing waktu hamil.
Dee: Mukanya mengingatkan gue pada penyanyi rock-yang-gue-nggak-ingat namanya-siapa. Pokoknya yang tipenya berdagu panjang, rambut gondrong, kacamata hitam.... *berpikir sejenak. tetap gak ingat. tapi kemudian menyadari tipe itu terlalu banyak di dunia rock*
Mana yang benar nggak jadi masalah. Akhirnya setelah berbulan-bulan rumah kami kesepian tanpa kucing jantan, muncul kucing jantan baru.
Meskipun gak jelas juga, ini kamcing (kambing kucing) atau kumbing (kucing kambing). Nyokap gue sendiri berpendapat, "Alah. Paling kucing tetangga sebelah yang ditendang." It's true. rumah gue ini sering banget jadi tempat penampungan kucing-kucing tetangga yang terlantar dan gak dikasih makan sama pemiliknya.
But still, it's bring new happiness to our family. Apalagi makhluk baru ini gampang dipegang dan kelakuannya mengingatkan kami pada mbah bundel. Menambah satu lagi analisis bahwa kemungkinan makhluk ini keturunannya mbah bundel karena:
1. Mereka berdua sama-sama kalau makan leletnya minta ampun.
2. Mereka berdua sama-sama suka menggosok-gosokkan diri di pohon nggak jelas.
3. Sedikit bodoh.
4. Narsis kalau lihat kamera.
By the way.... nama kucing baru ini adalah kambing, sodara-sodara. Dan satu hal yang gue perhatikan dari kucing ini adalah dia cerewet sekali. Sedikit-sedikit mengeong... sedikit-sedikit bunyi. Haaa...You are too much for a cat, puss.
Kekhawatirankuwww.......
When The Lights Go Out....
Ketika tanggal 18 Agustus datang, siapa yang pernah menduga akan terjadi mati lampu yang cukup membuat berdebar-debar? Jawabannya: Tidak ada. Tidak ada yang berdebar-debar maksudnya.
Sehari sesudah hari kemerdekaan, gue menikmati masa kebebasan sesaat karena bapak bos pergi mengantarkan putrinya ke dokter. Jadilah, pagi gue yang indah dipenuhi dengan surfing ke mana-mana. Ke Blog tetangga, cubicle tetangga, blogging, email dan apapun yang bisa dilakukan tanpa perasaan bersalah saat bos tidak ada.
Lalu jam 10 bos datang. Gue langsung buka-buka kerjaan. Sok-sok sibuk. Eh, baru sok sibuk sebentar datang penyelamat lain yang tidak diundang untuk membantu melepaskan gue dari penderitaan yang tidak begitu dalam.
Namanya Mati Lampu. Dan inilah yang terjadi ketika mati lampu menimpa kantor gue (Mati lampu sebagian Jawa dan Bali cuma tambahan).
1 menit pertama. Tidak merasa tertolong dengan mati lampu. "Heks! Sialan! Gue belum save!"
5 menit kemudian. Sadar apa yang baru saja terjadi. Mulai bersyukur karena mati lampu. Horeeeee...... bebas..... gak kerja! Buka novel. Buka komik. Mulai gosip. Hawa kebebasan bertebaran di udara.
1 jam pertama mati lampu: Makan siang + Zzzzzz.........
Pada saat makan, ummm suasana beda banget. I mean, tanpa lampu dan sebagainya, ruang kantin keliatan beda. Lebih tenang tanpa TV, lebih sederhana... (atau lebih kere dan prihatin?)
Tapi perasaan creepy udah mulai muncul. Gimana kalau mati lampunya berkepanjangan? Gimana kalau lampu untuk selamanya tidak mati? Gimana kalau di luar sana ternyata udah ada tsunami yang menerjang atau kerusuhan besar-besaran? Gimana kalau ini awal dari malapetaka yang lebih besar lagi.....arrrgggghhhh Udah gitu nyokap gue nambahin teror yang gak perlu. Ngasih tahu kalau mungkin bakal mati 12 jam. Ya ampyuuuunnn!
1.30 jam mati lampu: "....." *Nahan pipis karena air mati*
2 jam mati lampu: Beteeee!! gak bisa ngenet. nggak bisa main game. Gak bisa ngapa-ngapain. Aneka macam teori udah muncul di kepala. Kerusuhan? Teroris? Tripod? Virus? Serangan makhluk Mars?
2. 10 menit. Lari ke wc karena udah gak tahan. Untung masih ada air biar sekedarnya. Tapi di dalam gelap, gue masih mikir macam-macam. Sungguh, sodara-sodara. Kegelapan memiliki dampak yang tidak bagus pada seorang penulis. Akibatnya.....Gue shock waktu ngeliat Maya di depan pintu kamar mandi yang gelap banget.Ya ampyuuun ini anak kan putih banget. Udah gitu ngomong lagi!
"Airnya masih ada gak, Dee?"
"Arrg! Maya jangan ngagetin, dong! Gue lagi mikir macam-macam di dalam!"
"Bukannya malah lebih ngagetin kalo gak ngomong?"
"Tapi kalau Maya malah lebih nyeremin!"
2.15 menit. Seminar Penyebab Mati Lampu dibuka.
Lokasi : Hotel Maya
Tempat: Pojokan tempatnya si Maya
Tamu sekaligus peserta sekaligus pembicara: siapa aja yang nyantol di tempat Maya.
Jadi apa penyebab mati lampu? Dok! Dok! Dok! Inilah hasil seminar yang gue ingat.
Arif : "Sepertinya terjadi kudeta. Jangan-jangan saat ini Istana Merdeka sudah dikepung.
Nanti kalau kita menyalakan televisi, presidennya sudah ganti."
Bos: "Marinir! Marinir! Hidup Marinir!"
Maya : "Jangan-jangan tripod yang di bawah tanah udah mau bangkit. Kan yang di film mati
dulu listriknya."
Uci : *sibuk ngeliatin katalog buku*
Dimas: *sibuk cari makanan*
Dee : *mikir dari jarak 100 meter * Kok rasanya gue ada di film 28 days later. Listrik mati. Air mati. Orang-orang berubah jadi zombie.... duh... Cillian Murphy gue mana ya....
Oh ya. Satu hal yang perlu menjadi bahan pelajaran yang berharga adalah selalu siapkan naskah novel yang sedang dikerjakan dalam bentuk hard copy. Kamu tidak akan pernah tahu kapan lampu mati.
Di Hari Merdeka, Memenjarakan Diri....
Mungkin gue satu-satunya anak bangsa yang tidak ikut berpartisisapi dalam acara tujuh belasan. Kalo negara ini adalah seorang ibu, gue pasti dianggap sebagai anak durhaka.
Tahu gak yang gue lakukan? Gue stuck di depan komputer, berusaha setengah mati ngerjain naskah. Tapi ngomongin naskah gue nggak asyik..hueee..banyak spoilernya nanti, bo. Jadi gue cerita saja ya kegiatan gue pas istirahat nggak ngetik, yaitu..... Nonton Sinetron! Bukan sekedar sinetron, sodara-sodara. Tapi semua sinetron sampah dalam waktu bersamaan. --> ketawa sakit jiwa.
Gue sampai sengaja lho nguasain remote ampe nyokap gue bengongg....soalnya yang gue tonton tuh si Bajaj, Putri Cahaya ama Superfon... ampyuuunnn
Si Bajaj:
Ada penjahat lari. Lalu si bajaj menghadang dengan posisi matrix (bayangkan Keanu Reeves adegan terbang dan berhenti di udara lalu gantikan dengan bajaj terbang ) Penjahat bengong. Lalu si bajaj mengeluarkan cairan cokelat ajaib (oli?) dan kena muka penjahat. Penjahat berteriak... "AMPUUUN BAJAJ! AMPUUNN!"belum cukup lho! Bajaj mengeluarkan pecut ajaib dan memukul-mukul penjahat sampai teriak-teriak minta ampunn......
Oi... yang teriak ampun tuh seharusnya yang nonton karena udah nggak tahan!!!
Superfon:
"Berikan benda itu padaku!" penjahat nodong pistol ama lakon utama. Maksudnya dia minta si superfon (HP ajaib)itu.
"Tidak mau!"
Dor! Tokoh utama ditembak. Cewek yang mendampingi tokoh utama menjerit. Superfon diambil.Penjahat tertawa-tawa jayus menggenggam superfon.
"Akhirnya setelah menghabiskan banyak energi aku berhasil memperoleh superfon ini. Ha...ha..ha..ha...."
Superfon menghilang. Penjahat bengong. Close Up. Superfon terbang di udara. Waaaah.... ternyata Superfon punya ya baling-baling bambu kayak punya Doraemon.
"Aku tidak mau membantu orang jahat seperti kalian!" (kira-kira gitu ngomongnya)
"Kurangajar!" Kedua penjahat langsung mengejar si HP terbang itu. Pokoknya langsung main tangkap-tangkapan HP yang muncul menghilang..muncul menghilang...
Ugh! Gue bosen. Ganti chanel lain.
Putri Cahaya
Ada nenek-nenek ngamuk ama seorang cewek.
"Ternyata kamu selama ini membohongi ya. Dia tidak akan mau denganmu. Kamu cewek munafik... bla..bla..bla... (gue tunggu lima menit masih aja ngamuk)
Peep! Ganti Channel.
Superfon
Para penjahat udah nari-nari kayak orang gila. Mungkin kena sihir superfon.
Bosen. Ganti Channel.
Putri Cahaya
....Masih ngamuk-ngamuk juga itu nenek.
"Perempuan tidak tahu diri. Selama ini kami kasihan padamu karena kamu miskin, bisu, tidak berdaya, lemah... ternyata.... "
Gue rasa IQ gue turun 5 point deh abis nonton beginian.
Jalan Menuju Miskin Itu Lebih Cepat Daripada Jalan Menuju Kaya
Sebenarnya tanda-tanda jatuh miskin sudah terlihat dari pagi .
Minggu pagi. Gue bangun dengan tumpukan buku di sekitar gue. Males banget ngapa-ngapain. Rencana nulis cerita malam minggu berantakan gara-gara sibuk mencaci maki So What Gitu Lho di Trans TV. Begitu selesai, gue masuk kamar, mencoba menulis dan berakhir dengan... ketiduran.
Minggu pagi, mood gak semakin membaik. Dan sebagaimana perempuan lainnya, gue berpikir mood ini bisa diperbaiki dengan cara... BERBELANJA.
Well, I was wrong. Absolutely wrong.
Gue pergi ke Mall Kelapa Gading bareng adek gue, Nanin. Belanja gak banyak, sih. Tapi rasanya gue boros banget kemaren. Beli bedak PAC seharga 100 ribu (Gara-garanya dipikir diskon 30% tapi ternyata baru dikasih diskon kalo beli 3 produk...sebel!!), beli kaset Asia KungFu Generation yang gak tahu persis isinya apa, dan yang paling bodoh makan di Kono Pizza (bener gak ya namanya dan habis 100 ribu di sana hanya untuk makan berdua! Arg!
Oke. Gue sekalian review deh yang namanya Kono Pizza.
Pizza: enak (Nilai 8)
Roti pinggiran: enak dan kreatif (nilai 8). Jauh lebih crunchy daripada Pizza Hut.
Harga: parah (Nilai 4). Satu cup (bentuk pizzanya emang cup) digetok Rp 25.000-an. Padahal di Pizza Hut bisa dapat yang lebih gede.
Nendang? Enggak!!! (Nilai 3)
Beverage: Parah! (Nilai 3) Masa minuman yang kayak hop-hop itu digetok Rp 30.000,00 hiks! bangkrut gue!
Tempat: Kursi bagus. Pemandangan payah. Pemandangannya anak-anak naik kuda-kudaan atau gajah-gajahan atau balapan gajah-gajahan dan jerapah-jerapahan. Yak, pertandingan kemarin dimenangkan oleh si jerapah yang punya suara kayak gajah kecekik.
Overall: kalo lagi iseng dan feeling rich, bolehlah. Tapi mendingan makanan dibungkus aja biar gak perlu beli minuman.
Habis pulang dari Gading, gue buka dompet dan menangis. Huaaa..... ternyata jalan buat menjadi miskin emang lebih cepat daripada jalan menjadi kaya....
Pertanyaan:
Perhatikan gambar di atas. Fiksi genre apakah yang tengah dikerjakan Dee?
The Case of the Missing Bundel...
Ini bukan cerita yang menyenangkan. Bahkan sebagian besar dari cerita berikut ini adalah air mata dan derita. Tidak ada gadis India yang menari atau lagu dangdut yang diputar. Bila Anda tidak tahan, tolong jangan teruskan membaca.
Kisah sedih ini pada awalnya adalah suatu kebahagiaan. Suatu hari, seeekor kucing jantan dewasa berwarna putih kuning datang ke sebuah istana di jalan anggrek. Istana itu, sebagaimana orang satu rt tahu, adalah satu kucing. Tapi kemudian, justru kucing itu yang membuat semua penghuni istana berada di surga manusia.
Kucing itu seperti kucing di dalam dongeng dan menjadi impian setiap pemilik kucing. Sweet nature, mau dipeluk-peluk, nrimo ditendang-tendang, mau dikasih makan apa saja (kecuali jeroan yang selalu ditolaknya karena alasan kolesterol), mau menjaga seisi kerajaan dari kucing-kucing lain dan mampu melunakkan hati sang raja penguasa istana. Untuk pertama kalinya sang raja ikut peduli pada nasib sang kucing. Kucing itu lalu diberi gelar Mbah Bundel. Mbah untuk menunjukkan posisinya yang dianggap dituakan (padahal memang tua) dan Bundel karena buntutnya yang memang cuma segitu.
Di tempat kerja, Mbah Bundel juga membawa keceriaan meski orang sekantor tidak tahu betapa hebatnya Mbah Bundel. Nama itu terpasang di nama mesin kerja (komputer!) dan dikenal hampir semua orang.
Tapi Mbah Bundel memang misterius. Semisterius kedatangannya sendiri. Tepat dua tahun setelah ia menjadi bagian dari kerajaan itu, ia pergi begitu saja. Tidak ada mayat kucing, tidak ada berita kucing tertabrak kereta bermesin (mobil), tidak ada apapun untuk melacak keberadaan sang kucing. Bersamaan dengannya, ia membawa serta dua rekannya, kucing jantan lain yang wilayah kekuasaan bersebelahan dengannya.
Sang putri berpikiran dia mati dan ada pembunuhan berantai lepas di RT dan memburu kucing-kucing. Sang Ratu berpikir dia mati keracunan. Sang pangeran tidak peduli dan sang putri mahkota (me!) mencoba berpikir positif. Sang kucing sudah kembali ke planetnya karena sudah merasa tugasnya di kerajaan ini sudah selesai.
Bye Bye mbah bundel. You will always in our heart... wherever you are right now....
Gue Kreatip, lhoo....
Dari Blognya si Colleen Lupe anak KG, gue dapat fakta tentang orang-orang kreatif.
1. creativity is not connected with IQ
Benar? *ngelirik naskah yang gak mutu yang bikin IQ makin jongkok aja* hueheheh *bernapas lega*
2. creative people usually have the second language
Bahasa jawa, bahasa inggris...ummm...bahasa tubuh boleh diitung?
3. creative people look at things in different way
Termasuk beranggapan bahwa di Jakarta ini ada vampir super gede yang menghisap tenaga semua orang sehingga kita semua selalu capek?
4. creative people usually have high tolerance
hohohooo iya dwong.....
5. usually, creative people are the first or last born in the family
(with the first-borns, the case probably could be that they don't have role-models, and the parents also never experienced having a child before. while with the last-born, the case could be that - as ronald weasley said in book 1 - everything had been done with the older children, so when it came to the last-born there weren't anything new. so the last-born had to produce something that the parents never seen before or something that they don't expect)
-Me! First Born!
6. family of creative people tend to move around a lot
- Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Jakarta (lagi), Jambi, Bandar Lampung, Jakarta (lagi.)...
Bokap gue malah pernah ngerasain Banda Aceh, Palembang, Ambon....
7. creative people tend to be sick in a long period of time between 6-9 years of age
Sepertinya waktu umur segitu gue udah kreatif menghindari penyakit...
8. creative people tend to have good sense of humour
Termasuk ketawa-ketiwi sendiri gak jelas?
9. making mistakes is one way of learning
Yeah.. tell it to my big boss..
10. creative people tend to engage in two kinds of sports, either individual sports or with other people. but never be the team sports.
Renang, jalan kaki (pagi berangkat kantor, pulang dari kantor.... 30 menit sehari lho!) ama senam jempol....hwaaa! you got it right!!!
11. creative people tend to be under-insurance
Gue gak pake asuransi. Risiko itu bagian dari kreativitas, jeee....
12. creative people usually trained in one discipline, but will be able to do other discipline (they are adaptable and ready for a new challenge hence they're always ready to change jobs/professions)
Lulus kriminologi... kerja jadi editor ekonomi dan seni... horeee...
13. creative people don't usually have hobby, but if they do they don't usually call it as a "hobby"
Hobi gue nulis ama ngegambar... kerjaan gue juga nulis ama nyorat-nyoret kerjaan orang lain. Waah sama.....
14. 65% of people under five-years of age in a population tend to be creative. (kids under 5-years-old tend to be creative, because all they do was play and experimenting everything, and this was before they were put in a structured environment called ... SCHOOL!!)
Gue percaya semua anak di bawah 5 taon kreatif... emang tuh sekolah matiin kreativitas.
Thanks for the writing, Colleen..