When The Lights Go Out....
Ketika tanggal 18 Agustus datang, siapa yang pernah menduga akan terjadi mati lampu yang cukup membuat berdebar-debar? Jawabannya: Tidak ada. Tidak ada yang berdebar-debar maksudnya.Sehari sesudah hari kemerdekaan, gue menikmati masa kebebasan sesaat karena bapak bos pergi mengantarkan putrinya ke dokter. Jadilah, pagi gue yang indah dipenuhi dengan surfing ke mana-mana. Ke Blog tetangga, cubicle tetangga, blogging, email dan apapun yang bisa dilakukan tanpa perasaan bersalah saat bos tidak ada.
Lalu jam 10 bos datang. Gue langsung buka-buka kerjaan. Sok-sok sibuk. Eh, baru sok sibuk sebentar datang penyelamat lain yang tidak diundang untuk membantu melepaskan gue dari penderitaan yang tidak begitu dalam.
Namanya Mati Lampu. Dan inilah yang terjadi ketika mati lampu menimpa kantor gue (Mati lampu sebagian Jawa dan Bali cuma tambahan).
1 menit pertama. Tidak merasa tertolong dengan mati lampu. "Heks! Sialan! Gue belum save!"
5 menit kemudian. Sadar apa yang baru saja terjadi. Mulai bersyukur karena mati lampu. Horeeeee...... bebas..... gak kerja! Buka novel. Buka komik. Mulai gosip. Hawa kebebasan bertebaran di udara.
1 jam pertama mati lampu: Makan siang + Zzzzzz.........
Pada saat makan, ummm suasana beda banget. I mean, tanpa lampu dan sebagainya, ruang kantin keliatan beda. Lebih tenang tanpa TV, lebih sederhana... (atau lebih kere dan prihatin?)
Tapi perasaan creepy udah mulai muncul. Gimana kalau mati lampunya berkepanjangan? Gimana kalau lampu untuk selamanya tidak mati? Gimana kalau di luar sana ternyata udah ada tsunami yang menerjang atau kerusuhan besar-besaran? Gimana kalau ini awal dari malapetaka yang lebih besar lagi.....arrrgggghhhh Udah gitu nyokap gue nambahin teror yang gak perlu. Ngasih tahu kalau mungkin bakal mati 12 jam. Ya ampyuuuunnn!
1.30 jam mati lampu: "....." *Nahan pipis karena air mati*
2 jam mati lampu: Beteeee!! gak bisa ngenet. nggak bisa main game. Gak bisa ngapa-ngapain. Aneka macam teori udah muncul di kepala. Kerusuhan? Teroris? Tripod? Virus? Serangan makhluk Mars?
2. 10 menit. Lari ke wc karena udah gak tahan. Untung masih ada air biar sekedarnya. Tapi di dalam gelap, gue masih mikir macam-macam. Sungguh, sodara-sodara. Kegelapan memiliki dampak yang tidak bagus pada seorang penulis. Akibatnya.....Gue shock waktu ngeliat Maya di depan pintu kamar mandi yang gelap banget.Ya ampyuuun ini anak kan putih banget. Udah gitu ngomong lagi!
"Airnya masih ada gak, Dee?"
"Arrg! Maya jangan ngagetin, dong! Gue lagi mikir macam-macam di dalam!"
"Bukannya malah lebih ngagetin kalo gak ngomong?"
"Tapi kalau Maya malah lebih nyeremin!"
2.15 menit. Seminar Penyebab Mati Lampu dibuka.
Lokasi : Hotel Maya
Tempat: Pojokan tempatnya si Maya
Tamu sekaligus peserta sekaligus pembicara: siapa aja yang nyantol di tempat Maya.
Jadi apa penyebab mati lampu? Dok! Dok! Dok! Inilah hasil seminar yang gue ingat.
Arif : "Sepertinya terjadi kudeta. Jangan-jangan saat ini Istana Merdeka sudah dikepung.
Nanti kalau kita menyalakan televisi, presidennya sudah ganti."
Bos: "Marinir! Marinir! Hidup Marinir!"
Maya : "Jangan-jangan tripod yang di bawah tanah udah mau bangkit. Kan yang di film mati
dulu listriknya."
Uci : *sibuk ngeliatin katalog buku*
Dimas: *sibuk cari makanan*
Dee : *mikir dari jarak 100 meter * Kok rasanya gue ada di film 28 days later. Listrik mati. Air mati. Orang-orang berubah jadi zombie.... duh... Cillian Murphy gue mana ya....
Oh ya. Satu hal yang perlu menjadi bahan pelajaran yang berharga adalah selalu siapkan naskah novel yang sedang dikerjakan dalam bentuk hard copy. Kamu tidak akan pernah tahu kapan lampu mati.