Kekhawatirankuwww.......
Mungkin separuh kekhawatiran gue adalah karena gue sadar novel gue ini belum sempurna. Jauh bangeeeettt dari sempurna. Gue takut dianggap terlalu shallow, terlalu cepat, terlalu datar... terlalu segala yang jelek-jelek. Bukan gue takut dikritik, hanya saja. Entahlah. Gue sedikit takut mereka memandang gue dengan mata separuh dan berkata lewat mata, "Oh, ternyata level loe cuma segini."
Kekhawatiran kedua datang setelah tour de Gramedia Matraman. Di sana, well, banyak tumpukan buku-buku (iyalah masa' tumpukan paku payung! ). Gue banyak menemukan buku 'teman-teman' sesama penulis gue yang pribadinya -istilahnya- tahu lah karena pernah ketemu langsung ataupun lewat internet. Gue melihat buku guru gue, A.S. Laksana (Cinta Silver) di Jakskul, teman-teman KG Gue (Yenny 'Miss Jutek', Melody 'Mak Comblang', Gynny Lynn 'Graffiti'). Cuma untuk buku Primadonna Angela, gue nggak menemukannya. Gomen.....
Perasaan gue setelah melihat begitu banyak buku fiksi? Gue merasa tiba-tiba badan gue mengecil terus lari-lari bingung gitu.....
Buat buku-buku yang ada di lingkaran tengah ruangan sudah jelas nasibnya beruntung. Setidaknya, orang pasti lihat dan ngasih perhatian. (Beli pertimbangan kedua atau keseribu) Tapi bagaimana dengan nasib buku di pojok ruangan, pojok rak? Itu masih bagus. Bagaimana kalau malah salah rak?
Kalau gue ngeliat buku-buku fiksi yang cuma teronggok di pojokan, gue bertanya-tanya sendiri. Gimana nasib penulisnya? Apa nggak menggenaskan? Berjuang tiap malam ngetik ampe tangan mau remuk, melakukan riset pontang-panting, berjuang sekuat tenaga membujuk penerbit agar mau akhirnya hanya berakhir di rak buku... yang salah pula. Bagaimana kalau hal yang serupa terjadi pada gue? Begitu banyak buku. Begitu banyak penulis. Apa yang membuat gue yakin, gue nggak bakal berakhir di rak buku pojokan itu?
Entah mana yang lebih mengerikan. Gagal membuat novel. Atau berhasil membuat novel tapi gagal diperhatikan orang.