Me: Clumsy?
Yang pasti, kesadaran akan ke-clumsy-an ini datang akhir-akhir ini, meski harus didahului beberapa adegan pembuktian. seperti:
- Kalo tangan gue lewat di atas meja, selalu ada kertas yang jatuh. Kadang efeknya domino. Kertas jatuh diikuti gunting jatuh, hiasan meja jatuh, dan printer jatuh. Eh, yang terakhir bohong deng...
- Kalo tangan gue lewat di atas makanan, pasti ada saus yang nempel. Ups.
- Tas gue kemarin nabrak tempat sampah sehingga gue harus membereskannya. Memalukan sekali. Orang tempat sampah di pinggir jalan gitu.... *tutup muka karena malu*
- Kemarin waktu gue buka segel komik, hampir aja gue nyenggol gelas berisi coca-cola.
- Waktu gue nyomot teh atasan gue *heheheee..jangan bilang sapa-sapa ya... habis dia kan nggak masuk...daripada mubazir *, tatakan gelasnya nempel dan hampir aja jatuh ke lantai. Mr. B yang lagi mampir ke divisi gue bengong gitu ngeliatnya. Gak nyangka tatakan gelas bisa nempel di gelas selama 10 detik atau lebih.
posted by dee @ 9:06 PM
Tuesday, September 27, 2005
posted by dee @ 7:09 PM
Monday, September 26, 2005
posted by dee @ 5:43 PM
Friday, September 23, 2005
posted by dee @ 7:36 PM
Thursday, September 22, 2005
posted by dee @ 5:53 PM
Tuesday, September 20, 2005
posted by dee @ 5:00 PM
Thursday, September 15, 2005
posted by dee @ 5:42 PM
Monday, September 12, 2005
posted by dee @ 5:56 PM
Monday, September 05, 2005
posted by dee @ 2:29 AM
Friday, September 02, 2005
posted by dee @ 9:54 PM
Orang Gila Makin Banyak?
Kemarin baru aja ketemu orang 'gila' di metromini waktu pulang ngantor. Dia naik di bawah jembatan Jatinegara, barengan sama gue...
Tapi penampilannya yang nggak ancur-ancur banget bikin gue nggak begitu peduli. Ya maklum, namanya juga naek metromini, bukan naik Limo. Dari awal, gue juga ngerasa ibu ini agak-agak gak beres. Waktu ditagih ongkos, kaya nggak ngeh dan bengong gitu. Untungnya gue nggak sebelahan sama dia.
Pas di sekitar Mal Klender, mendadak gue dengar orang-orang teriak dan nyuruh abangnya ngeberhentiin bis. Otomatis mata gue langsung ke pintu. Dan tahu nggak.... yang gue lihat cuma tangan orang 'gila' itu di bagian bawah pintu bis. Artinya, dia jatuh dari bis yang lagi jalan! Atau lebih pasnya... dia sliding dari bis sampai akhirnya tangannya terlepas!
Orang-orang udah pada panik. Gue yakin abang supirnya juga panik. Kalau ngelindas orang kan urusannya bakal panjang! Gue juga takut dia bakal kelindas bis atau ketabrak mobil di belakang. Abis posisinya itu lho...
Untungnya ada bapak-bapak yang bilang.
"Nggak pa-pa. Orangnya nggak pa-pa. Orang stress! Dia tahu-tahu turun sendiri, kok!"
Ya ampunnn!!!
Ngomong-ngomong tentang orang gila, salah satu lokasi tempat gue sering ketemu orang gila adalah di Stasiun Kereta Api (dan tentu juga di dalam KA). Gue masih inget banget waktu dulu zamannya kuliah sering banget gue ketemu sama orang gila. Orang gila yang gue ingat antara lain:
Haaaah.....*menarik nafas panjang* ini baru yang ketahuan gila. Belum termasuk dihitung orang gila yang dari luar terlihat normal-normal saja.
The New Project
Aries (20 Maret - 19 April)
Ambillah risiko itu. Toh hidup penuh pilihan. Anda tidak bisa mendapatkan semua. Just follow your heart. Anda akan heran sendiri deh pada hasilnya. Asmara: Membina hubungan itu mestinya take dan give. Karier: Anda perlu fokus. Pusatkan konsentrasi pada satu, atau maksimal dua hal. Keuangan: okelah.
Hari-hari ini gue disibukkan oleh banyak banget kerjaan. Bos ngasih proyek baru yang menuntut gue untuk merekrut banyak part-timer. Artinya gue nggak bisa lagi berkutat pada sekedar nyorat-nyoret naskah, tapi udah 'naik' ke tahap 'supervising' pekerjaan orang lain. Gue kasih tanda (') soalnya yang nambah cuma kerjaannya, tapi bukan gajinya. Heheheheee.....
Sementara itu gue juga sibuk dengan proyek pribadi gue. Menulis novel untuk lomba Metropop Gramedia. Ide sudah ada. Paling masalah gue adalah menemukan endingnya. Tapi, itu urusan belakanglah. Yang lebih merepotkan adalah menemukan waktu yang tepat untuk menulis ide itu.
Urusan kantor benar-benar menyita waktu dan tenaga sehingga pulang tuh rasanya badan sudah lumer kaya bubur. Gue harus riset tentang banyak hal, mulai dari kehidupan big cats di alam liar, dunia rock, sejarah rock, sampai dengan fashion. Urghh.... so many things to do so little time.
Di depan komputer kerjaan gue terkantuk-kantuk dan akhirnya malah ngetik yang gak jelas. Duh... Target nulis lima halaman sehari jadi berantakan nggak karuan. Padahal sebentar lagi bulan puasa dan kalau sudah bulan puasa, otomatis tingkat produktivitasnya jadi menurun. Kan malemnya tarawihan. Duh....
Mungkin gue memang harus benar-benar fokus sama proyek pribadi gue. Bagaimana juga inilah yang pengeeeen banget gue jalanin. Mungkin benar, pada akhrnya gue akan heran pada hasilnya. Sebagaimana gue takjub pada hasil pembuatan novel perdana gue.
Kucing juga bisa akrobat...
Masih ingat kucing gue yang mukanya kayak Kambing?
Beberapa hari yang lalu, si kambing melakukan adegan-begitu-berbahaya-sehingga-tidak-diajurkan-untuk-diikuti- oleh-siapapun.
Awalnya si kambing duduk di atas tembok batu tempat mantan kotak pos. Di tembok yang lain, duduk si ketem. Dasar gatel, si kambing berusaha ngedeketin ketem.
Tahu nggak gimana caranya? Dia lewat di atas pagar besi yang runcing-runcing itu. Iya... di antara pagar runcing itu kan ada bagian yang tidak runcing, nah dia jalan di sela-sela itu. Gila! Gue dan keluarga gue yang ngeliatnya sport jantung sendiri. Itu pagar kan tipis! Salah kaki melangkah aja, gue bakal menyaksikan adegan berdarah-darah!! Aaaarrrhhhhhh!!! Entah bego, napsunya mendadak turun, atau dia sengaja bikin tensi pertunjukan semakin tinggi, kucing itu berbalik arah! Muter! Aaaaah!!! Udah gitu pakai acara nyaris jatuh, lagi!!! Benar-benar adegan akrobat yang menegangkan! Mana dia sama sekali merasa tidak bersalah lagi bikin orang deg-degan! Dengan santai, dia kembali duduk di atas kotak pos.
Satu lagi cerita tentang kucing yang bisa berakrobat.
Beberapa hari yang lalu juga, bokap gue cerita. Pas bokap gue mo pulang dari kantor, seekor kucing dewasa duduk di atas kap mobil bokap gue. Begitu ngeliat bokap gue, kucing itu langsung kabur. Biasalah. Bokap gue masuk ke mobil dan menyalakan mobil. Tapi anehnya, itu mesin mobil kok bunyinya aneh. Nggak kayak biasanya. Akhirnya bokap gue memutuskan buat membuka kap mobil. Tahu tidak apa yang ditemukan di sana?
Kucing itu! Terjebak di kipas mobil! Menurut bokap gue, kemungkinan setelah turun dari kap mobil, kucing itu lari ke bawah mobil dan buntutnya tersangkut kipas hingga akhirnya malah masuk ke mesin mobil! Arrrghhh. Gue langsung membayangkan betapa menderitanya si kucing. Bayangkan gimana rasanya kalau buntut loe dipegang terus loe diputar-putar dan badan terantuk-antuk dinding! Mengerikan sekali!
Terus terang gue ngedengerin cerita bokap gue sambil panas dingin dan berdoa. Semoga tidak mati! Semoga tidak mati! Gue nggak kebayang kalau mobil gue berubah menjadi mesin pembunuh kucing! Aaarrggghhh!!!!
"Terus gimana, Pak?"
"Yah akhirnya Bapak muter mesin mobil pelan-pelan dan langsung dimatikan."
"Dan kucingnya?"
"Begitu dilihat lagi kucingnya sudah nggak ada."
Hueee??? Jadi kucing hantu?
Keesokan harinya, saat bokap gue kembali ngantor, si kucing sudah berada di lapangan parkir, berjemur ala pantai dan menjilati tubuhnya. Yah setidaknya kucing itu selamatlah.
Orang lain suka....gue tergila-gila...
Huh *mikir sejenak* Sel-sel kelabu otak mulai bekerja. Masa sih? Tapi...
kalau dipikir-pikir mungkin bener juga.
Kita flashback ke zaman SMA dulu. Dulu gue masih polos (sebenarnya sampai sekarang juga masih... ehemmm....)sampai akhirnya temen gue, Riena, memperkenalkan gue pada BOLA. Iya, bola sepak yang bulat dan hitam putih itu, sodara-sodara. Waktu itu Riena suka bola gara-gara Eric Cantona dan David Beckham. Dia bahkan nulis surat ke Eric, coba! Dan dibales! Untungnya gue gak ikut ketularan Eric. Suka Beckham emang iya, tapi langsung ilfil waktu dia merit ama Vic.
Efek bujuk rayu Riena itu, benar-benar parah. Gue begadang nonton bola hampir tiap malam. Gue bela-belain beli kaos bola (untungnya bukan asli) dan beli majalah yang tebel-tebel itu buat cari referensi buat bola. Ampe bokap gue bilang, "Bangun tengah malam bukannya sholat tahajud, malah nonton bola!" hehehehee...
Masa kuliah berlangsung dengan aman dan tentram tanpa ada rasa gila-gilaan atau obsesi yang tidak terkendali. Yah mungkin tergila-gila dikitlah sama game Final Fantasy ama The Sims. Tapi waktu itu semua orang emang demen, kan? *cari pembelaan diri*
Nah yang parah tuh justru waktu gue kerja.
Awalnya gue kecanduan KG. Ini gara-gara Milla ama Putsky. Iya. Mereka berdua bertanggung jawab sepenuhnya akan kegilaan gue pada KG. Gue inget deh setengah hari...(atau satu hari ya?) bisa gue habiskan buat gentayangan di KG. Pokoknya waktu itu gue belain mati-matian biar dapat avatar. Padahal untuk dapat avatar kudu posting 500 kali. Gue akhirnya berhasil dapat Avatar setelah dua bulan. Senangnya waktu itu bisa dapat duluan dari Putsky!
Abis KG, gue tergila-gila sama Friendster. Tapi nggak lama, soalnya Friendster sempat digrebek ama kantor alias ditutup dan gak dibolehin masuk. Lagipula gak banyak hal yang bisa dilakuin di Friendster.
Abis Friendster, gue tergila-gila sama.... Blog. Ini tentu saja berasal dari Putsky, provokator yang telah berpengalaman mempengaruhi orang lain. Dia cukup pinjam kompie gue, nunjukin asyiknya ngeblog...dan voila.... I'm addicted. Untuk tambahan tuduhan, Putsky juga bertanggung jawab atas kegilaan gue pada Cillian Murphy.
Tapi untungnya pada kasus Marty Casey, pengaruh ini bisa berbalik arah. Gue bisa balas dendam dengan balik mempengaruhi Mrs. Casey Wannabe itu. Hehehheee... siapa bilang gue gak bisa jadi provokator yang baik dan benar?
Virus Marty
Orang dikasih tahu gue berhasil download dari kompie aja langsung ngejerit... untung leher gue lumayan jauh dari dia dan untung juga orang satu kantor belum pada datang....
Setelah videoklipnya Marty didownload, virus marty menjangkiti korban berikutnya, Maya. Cewek Bandung asal Padang yang keliatan kaya Cina ini sama sekali gak berdaya dan gak bisa luput dari jeratan virus marty gara-gara dia satu kos-kosan sama Putsky. Mampus dia..dibombardir lagu Trees-nya Marty setiap saat. Sampe-sampe dari hasil penderitaannya, dia melahirkan istilah Tortune.Tortune(tor'tyoon) n: a catchy yet awful song that you just can't get out of your head, even after hearing it playing just once. (also ABBAration)
Bersama gue dan putsky, kami menciptakan istilah tambahan baru. Sadotortune. Artinya ya...loe menikmati penyiksaan lagu itu... hweheheheee.... tapi disiksa marty gitu lho..hehehehe...*tanduk mulai keluar...buntut mulai bergoyang*
Calon korban ketiga adalah Uci. Tetangganya Maya. Tapi sejauh ini virus Marty belum menampakkan keberhasilannya. Ibu-ibu anak satu ini masih aja kekeuh ama lagu-lagu operanya. haaaa..... *menarik nafas dalam-dalam*
Catatan kaki:
Kemarin malam hampiiiirrrrr aja gue nggak bisa nonton Marty gara-gara mati lampu pas jam 8 malam. Gimana gue nggak bete setengah hidup orang rumah di depan gue persis lampunya nyala. Cuma RT gue aja yang mati lampu. Aaarggghhh!!! Kenapa di saat-saat genting selalu aja ada orang yang berusaha menggagalkan kesenangan gue yang cuma sedikit ini! Pasti ada konspirasi! Ada yang tega menyabotase gue!!!!
Untungnya pas jam 9 malem, lampu kembali nyala. Gue langsung lari ke depan TV. Phewww....
Finally.... It's Done
Emang novel gue jauh dari sempurna. Belum sreg banget di hati gue. Masih banyak yang kudu diperbaiki, tapi di atas itu semua.... pokoknya udah selesai. Titik.
Tinggal fotokopi. Kirim. Berdo'a . Terima nasib aja.
Masalah menang atau kalah, udah deh nggak usah dipikirin. Toh dipikirin juga belum tentu menang. Mendingan nggak usah dipikirin, tapi akhirnya menang. Huehehehehehe......
For me, finishing my first novel, is really a huge step. Mungkin sama susahnya ama ibu-ibu yang melahirkan. Hehe..he... sok tahu. Apalagi namanya juga pertama kali. Dimana-mana yang pertama kali itu yang paling susah. Ya nggak?
Selama ini gue selalu mikir bikin novel tuh susah banget. Halamannya tebel banget ngalah-ngalahin bikin skripsi. Tapi ternyata...... susah juga. Hehe...nggak, ding. Susah nggak susah itu kan hanya ada di pikiran doang. It's only in your mind. Kalo kita nganggepnya susah duluan ya bakal susah terus. Gitu juga sebaliknya.
Anggap aja kita ngebuat cerpen satu persatu. Emang butuh disiplin untuk nulis dan nulis terus. Gue rasa disiplin itu yang paling susah. Adow, kebayang dong lagi nggak mood terus dipaksa nulis demi deadline. Apalagi kalau ide udah mentok. Sekarang gue tahu kenapa banyak penulis yang bunuh diri. He..he..he... Gue cuma berharap nasib novel gue nggak berakhir seperti karyanya Van Gogh. Dimengerti dan jadi terkenal setelah yang bikin iris kuping dan meninggal dunia . Huee.....berlebihan sekali ya....
Yah, begitulah. Novel perdana gue udah siap untuk dikirim. Jadi sekarang gue bisa ganti proyek ke novel berikutnya. Gue udah bersiap-siap nih. Kalau yang pertama tentang fantasy, yang sekarang bergenre.... chicklit. La habis gimana emang lombanya nulis novel chicklit.
Ayo, Dee. Berjuanglah untuk menghadapi lomba Metropop Gramedia! *pake ikat kepala putih tangan terkepal di udara bawa bendera merah putih.*
Dee Malah Nge-rock
Seminggu ini gue cuti ngantor, ngabisin sisa jatah cuti yang bakal angus bulan oktober. Karena nasib internet gue memang di tangan perusahaan, otomatis ya gue juga cuti ngeblog.
Pada awal cuti, lagu yang menemani gue adalah Ti Amero-nya Il Divo. Lagi ini membangkitkan imaginasi gue yang lagi bikin dramatic scene dengan daun-daun berguguran, kain putih terbang (bukan hantu!), air yang menetes perlahan, dan sebagainya itu. Tapi menjelang hari-hari terakhir cuti, musik yang menemani gue, justru... rock.
Gue tentu aja sudah lama mengenal musik rock. Hellooo....gue bukan hidup di zaman kuda gigit besi! Tapi, di antara berbagai aliran musik, rock bukan masuk tataran favorit buat jadi background menulis karena kebanyakan lagu rock terlalu keras dan akhirnya malah mengganggu proses penulisan.
Tapi ya itu. Entah kenapa malah justru musik rock menguasai otak gue. Mungkin ini kutukan dari boss gue yang pecinta Queen, atau mungkin ini pengaruh pengaruh dari Rockstar: INXS yang baru gue tahu kehadirannnya. Maaf ya sodara-sodara... O Channel memang baru ketahuan eksistensinya ama TV jebot gue akhir-akhir ini. Pokoknya abis nonton Rockstar tuh bawaannya pengen denger musik rock melulu. Padahal sejujurnya gue nggak gitu nggeh sama musik rocknya INXS.
Kata Hati Dee : Coba sebutkan, Dee, nama personil INXS beserta judul hitsnya?
Dee : *mikir sebentar. garuk pala sebentar* Umm.... gak tahu. Paling tahunya yang mati bunuh diri itu doang. Sapa namanya? Michael..Michael... Hut..Hut... *jadi malu*
Kata Hati Dee :Hitsnya?
Dee : *semakin malu* La wong yang diliatin di Rockstar tuh yang nyanyi....huehheee...
INXS ke laut aja berenang ama cumi.... gyahuehheahahahaa.....
Kata Hati Dee: Coba sebutkan, Dee, nama peserta yang ikut Rockstar INXS. Big fivenya aja.
Dee : Marty, Mig, JD, Suzie, ama Jordis. Yeeeee.... ingat kan....
Speaking about Marty. Eheemm..... *batuk batuk darah sendiri* Terus terang dia yang jadi alasan utama gue untuk nonton Rockstar INXS. Heheheeheee..jadi ketahuan deh motif utamanya. Tapi dia emang keren banget kan sodara-sodara. Nggak cuma fisik doang, kok. Dari cara nyanyi juga bagus. Bahkan lagu buatan dia, Trees, tuh paling bagus di antara lagu yang lain. Here's what other people think about Marty Casey.
Putsky : "Ih, kurang kurus lagi!"
Kurang kurus, apa Put! Itu badan udah dua dimensi!
Maya: "Yaoloh, Dee. Lagi?" *melihat Marty sebagai fenomena baru Dee paska Cillian.*
Nggak kok, May. Gak pindah ke lain hati.
Adek-cewek-gue: My Psycopath Anorexia!!!
Eh, ambil-ambil istilah orang! Tendang-tendang adek sendiri.
Oke. Kembali ke masalah utama. Fenomena Dee suka Rock. Ehem. *pasang muka serius*
Selain gara-gara Rockstar, mungkin gue terpengaruh ama album barunya L'arc-en-Ciel, Awake. Banyak banget lagunya L'arc-en-Ciel yang menimbulkan inspirasi baru buat gue dalam bikin adegan dalam novel.
Oh ya... tentang novel gue... Seharusnya gue laporan soal novel gue, kan? Sudah seminggu sejak draft novel gue jadi. Seharusnya sekarang masuk tahapan edit. Soalnya emang udah menghitung hari banget. *nglirik pita ijo di atas...gila itu itungan hari ala planet bumi atau planet merkurius... cepet banget jalannya!*
Dan gue baru sadar betapa mepetnya deadline itu kapan? Tadi malam!!! horeee.... *tepuk tangan sendiri terus jedukin pala ke tembok*
Setelah berhari-hari nyantai gak pegang naskah baru semalam panik dan langsung buka laptop buat ngedit. Bener, deh. Ini kebiasaan gue yang paling buruk. Baru bisa nyala pas detik-detik terakhir. Untungnya sekarang editan udah lumayan kelarlah. Bisa dikatakan 75%. Tapi gue masih belum sreg ama endingnya.. duh... do'ain bisa kelar pas deadline yah....
Dee Dibantai Lagi... (The Review Part II With More Bloody Scenes)
Entah kenapa tiba-tiba di hadapan mereka, gue merasa jadi makhluk paling bodoh di dunia. Mungkin gue memang bodoh, terutama kalau dilihat the Whole Big Scenario dimana gue bisa melewati jalan gampang, tapi malah milih jalan yang susah. Ada beberapa alasan kenapa gue menganggap diri gue bodoh:
1. I'm writing a fantasy novel, padahal sebenarnya gue gak tahu banyak tentang fantasy kecuali dongeng masa kecil (cinderella, snow white etc), Artemis Fowl dan Eragon. Gue nggak baca Harry Potter karena satu alasan yang sempurna: gue nggak mau tulisan gue dipengaruhi Rowling dan gue nggak mau nambah dosa dengan memaki Rowling setiap saat. Gue udah cukup banyak memaki yang ngarang Artemis Fowl ama Eragon. *berlindung dari timpukan Harry Potter fans*
Tapi, keinginan buat nulis fantasy ini gede banget. Mungkin salah satunya karena hasil pertemuan di Ruang Baca Tempo waktu dulu. Dimana temen gue, Indah, yang juga jadi pembicara dan editor Gramedia *pengen getok Indah.com* bilang bahwa penulis bergenre fantasi di Indonesia tuh jarang banget kalau mau dibilang gak ada. Ada perasaan tertantang di situ dan waktu pulang, gue bertekad gue mo nulis fantasy Indonesia dengan cara gue sendiri.
Keinginan nulis fantasy ini sempat...gimana ya istilahnya.. dipertanyakan oleh putsky.
Putsky: You just want to get out in a bang. That's fair. But I just want to tell you that fantasy is a whole different field. Not that you shouldn't write it. But when you write teenlit or chicklit, you rock.
Dee: Tapi gue mo nyoba yang baru ini. Gue belum pernah ngelakuinnya dan ngerasa punya tantangan.
Putsky: Whatever. All I want to say is this...... I'm supporting you. Period.
Dee: That's the line I want to hear.
2. I'm writing so many battle scenes, tanpa punya pengetahuan dasar tentang fighting scenes itu sendiri. Dan akhirnya berakhir dengan adegan pembantaian naskah di perpustakaan dengan ditonton editor lain yang nggak ngerti apa sebenarnya yang terjadi.
3.Tema besar lomba novelnya adalah kehidupan remaja dan gue belokkan dengan logika gue sendiri, kehidupan remaja di dunia fantasi. Bahkan putsky aja
bengong.
Gue gila, sinting, atau apa?
*narik nafas panjaaaaannnng banget.
Kalau dipikir, mungkin gue melakukan ini karena gue lebih mementingkan menulis sesuai hati. Bodo amat orang menilai sesuai tema atau tidak. Itu urusan mereka yang jadi juri bukan gue. Bagi gue lebih penting menjadi berbeda, menulis apa yang diinginkan diri sendiri daripada menang tapi karya itu nggak ada artinya buat diri sendiri. Gue bisa aja memaksakan nulis teenlit to play safe, untuk mungkin memperbesar kans gue untuk menang... tapi entahlah.... gue nggak punya ide tentang teenlit. Ide yang ada di otak gue memang tentang fantasy ini. Walaupun ide gue nggak bagus-bagus amat, tapi menurut gue: ide yang gak sempurna hari ini lebih bagus daripada nunggu ide sempurna besok
Oh,ya. Sekalian deh pengumuman. Untuk seminggu ini, gue bakal absen ngeblog karena mo fokus ngedit naskah untuk dikirim ikutan lomba. Jadi, tahan kekangenan kalian padaku selama seminggu ini ya...
Ternyata Selama Ini....
Tanggung-tanggung cuma bawa DVD 28 Days Later, gue cariin sekalian film Cillian yang lain, yaitu Intermissions sama Girl With A Pearl Earring. Cepat atau lambat makhluk itu pasti nuntut mo pinjam. Tapi somehow Intermissions nggak rela digondol Putsky. Udah gue cari sampai jungkir balik, tetep aja gak gue temuin. Tahu nggak yang gue temuin malah apa? Kartu makan hari kamis kantor gue yang gue pikir udah hilang.
Capek karena nyari gak ketemu, gue duduk depan rak buku dan mata gue ngeliat....
bukan Intermissions.... tapi GQ edisi lama yang gue beli setahun yang lalu.
Flashback: Jadi, bulan Oktober satu tahun yang lalu, gue membeli GQ di Book Fair Senayan. Waktu itu alasan gue membeli GQ karena ada Hayden Christensen. Itu emang zamannya gue suka ama Hayden (tapi sampai sekarang sih juga masih) Selain itu ada juga Adrien Brodie, Ashton Kutcher dan abang tertayang, Johnny Depp.
Buka...buka...buka... gue menemukan foto aktor yang bikin gue mikir.
Ini sapa ya? Kok matanya seperti gue kenal... *buka buka lagi* *mikir lagi*
Heks!
Tidak mungkin!
Ini kan.... Arrrrrrrrrggggggghhhhhhhhhh!!!! Ini Cillian Murphy!
Bayangkan sodara-sodara! Ini majalah sudah tergeletak satu tahun... ulangi lagi....satu tahun di rak majalah rumah gue dan gue baru sekarang menyadari bahwa ada enam biji foto Cillian Murphy yang gue telantarkan!!!! *banting-banting kepala ke tembok*
Saking kencengnya gue teriak, teriakan gue ampe terdengar ke bawah. Adek gue yang lagi nonton TV ampe lari ke atas. Wajahnya panik gitu.
"Ya ampun! Gue kira loe jatuh!" teriak adek gue.
"Ini siapa?" Gue nunjukin foto Cillian ke adek gue.
"Iya gue tahu." Reaksi datar dan mengecewakan.
"Siapa?"
"Ya itu. Bapak itu, kan? Yang main di Red Eye." Matanya balik ke TV.
Huh! Mengecewakan. Kakaknya baru saja melakukan penemuan terbesar dalam sejarah arkeologi rumah ini dan adiknya sama sekali tidak tebar-tebar confetti.
Tenang.... tenang sodara-sodara. Gue tidak akan memasang foto Cillian penemuan gue di sini. Cukup kali ini gue menikmatinya
Besoknya gue lapor ke Putsky mengenai kejadian-bodoh-yang-memalukan-ini. Ternyata dia sama saja. Nggak ngeh kalau di situ juga ada foto Cillian....