Dee Dibantai Lagi... (The Review Part II With More Bloody Scenes)
Entah kenapa tiba-tiba di hadapan mereka, gue merasa jadi makhluk paling bodoh di dunia. Mungkin gue memang bodoh, terutama kalau dilihat the Whole Big Scenario dimana gue bisa melewati jalan gampang, tapi malah milih jalan yang susah. Ada beberapa alasan kenapa gue menganggap diri gue bodoh:
1. I'm writing a fantasy novel, padahal sebenarnya gue gak tahu banyak tentang fantasy kecuali dongeng masa kecil (cinderella, snow white etc), Artemis Fowl dan Eragon. Gue nggak baca Harry Potter karena satu alasan yang sempurna: gue nggak mau tulisan gue dipengaruhi Rowling dan gue nggak mau nambah dosa dengan memaki Rowling setiap saat. Gue udah cukup banyak memaki yang ngarang Artemis Fowl ama Eragon. *berlindung dari timpukan Harry Potter fans*
Tapi, keinginan buat nulis fantasy ini gede banget. Mungkin salah satunya karena hasil pertemuan di Ruang Baca Tempo waktu dulu. Dimana temen gue, Indah, yang juga jadi pembicara dan editor Gramedia *pengen getok Indah.com* bilang bahwa penulis bergenre fantasi di Indonesia tuh jarang banget kalau mau dibilang gak ada. Ada perasaan tertantang di situ dan waktu pulang, gue bertekad gue mo nulis fantasy Indonesia dengan cara gue sendiri.
Keinginan nulis fantasy ini sempat...gimana ya istilahnya.. dipertanyakan oleh putsky.
Putsky: You just want to get out in a bang. That's fair. But I just want to tell you that fantasy is a whole different field. Not that you shouldn't write it. But when you write teenlit or chicklit, you rock.
Dee: Tapi gue mo nyoba yang baru ini. Gue belum pernah ngelakuinnya dan ngerasa punya tantangan.
Putsky: Whatever. All I want to say is this...... I'm supporting you. Period.
Dee: That's the line I want to hear.
2. I'm writing so many battle scenes, tanpa punya pengetahuan dasar tentang fighting scenes itu sendiri. Dan akhirnya berakhir dengan adegan pembantaian naskah di perpustakaan dengan ditonton editor lain yang nggak ngerti apa sebenarnya yang terjadi.
3.Tema besar lomba novelnya adalah kehidupan remaja dan gue belokkan dengan logika gue sendiri, kehidupan remaja di dunia fantasi. Bahkan putsky aja
bengong.
Gue gila, sinting, atau apa?
*narik nafas panjaaaaannnng banget.
Kalau dipikir, mungkin gue melakukan ini karena gue lebih mementingkan menulis sesuai hati. Bodo amat orang menilai sesuai tema atau tidak. Itu urusan mereka yang jadi juri bukan gue. Bagi gue lebih penting menjadi berbeda, menulis apa yang diinginkan diri sendiri daripada menang tapi karya itu nggak ada artinya buat diri sendiri. Gue bisa aja memaksakan nulis teenlit to play safe, untuk mungkin memperbesar kans gue untuk menang... tapi entahlah.... gue nggak punya ide tentang teenlit. Ide yang ada di otak gue memang tentang fantasy ini. Walaupun ide gue nggak bagus-bagus amat, tapi menurut gue:
ide yang gak sempurna hari ini lebih bagus daripada nunggu ide sempurna besokOh,ya. Sekalian deh pengumuman. Untuk seminggu ini, gue bakal absen ngeblog karena mo fokus ngedit naskah untuk dikirim ikutan lomba. Jadi, tahan kekangenan kalian padaku selama seminggu ini ya...