J.Co.
Yup. J.Co.
Donat ajaib yang bisa bikin orang antri sejak fenomena Bread Talks dan Pontia (Pisang Goreng Kalimantan).
Donat ajaib yang bikin orang rela antri meski harganya Rp 5.000,00. per buah.
Donat yang bikin loket tiket KA ke Jawa pas musim mudik lebaran merasa tersaingi. Untung aja di J.Co. belum muncul calo donat. Ha..ha.. kebayang nggak sih ada calo donat?
Nggak sebesar Dunkin Donuts, lebih kecil tapi nggak kerasa full di perut.
Pas. Nggak terlalu manis. Cuma kalau kejunya, menurut gue kurang asin.
Variasi:
Banyak banget. Lebih dari 12 macam, mulai dari the famous glazzy donut, cinnamon apple (my favorit!), cheese me up (glazzy tapi rasa keju... yummy), sampai alcapone yang ditaburi kenari eh... bukan.. almond, deng. Soal pilihan rasa, J.Co lebih asyik daripada Dunkin. Tapi di J.Co nggak ada burger atau semacamnya. Nggak ada Minis juga. Satu ukuran semua.
PS:
- J.Co cepat banget buka cabang. Jadi kalau malas antri, sabar aja. Sepertinya nggak lama juga nggak antri.
- Disaranin untuk Beli J.Co 1 lusin = Rp 45.000,00. Pertama, karena jatuhnya jadi @ Rp 3.750,00. Kedua, udah antre lama, ngapain cuma beli 1?
- Kopinya lumayan, cuma sejauh ini rasanya gak istimewa. Atau mungkin gue belum ketemu kopinya J.Co yang paling enak. Beli kopi dapat donat satu lho.
posted by dee @ 9:22 PM
Friday, April 21, 2006 Kejadian itu (bukan paragraf droo!) itu terjadi di suatu siang. Saat itu Putsky masih diperam di divisi sebelah. (Saat ini Putsky udah pindah ke divisi lain, tapi gue lebih suka menyebutkannya sebagai kerajaan lain). Gue lari terbirit-birit padanya setelah menemukan satu fakta aneh bin ajaib dari kerajaan tetangga (yang lain lagi). "Nggak." "Coba buka share docs-nya Dimas." "Napa?" "Buka aja." Begitu dibuka, putsky the siput ketawa ngakak sampai cangkang hampir lepas dari punggungnya. "Gila! Namanya sama kayak nama loe gini." "Iya tapi namanya belakangnya beda," protes gue. "Tapi tetep aja. Ciee......" Lalu kejadian lain muncul. Gue disangka pacaran ama anak pemasaran, sebut aja Mr. T. Padahal yang pacaran itu temen gue yang namanya Dian, BUKAN Diah. Itu dua huruf yang bedanya 6 langkah dalam deretan alfabet. Nah, masalah muncul ketika konon kabarnya ada anak HRD yang suka ama Mr. T ini. Dia mencari data editor yang namanya Diah, BUKAN Dian. Ta daaaa..... munculah nama gue. #3 Lalu tiba-tiba muncul tulisan di blog Droo yang mengaitkan gue dan droo dengan hubungan yang tidak semestinya. Gue hampir jatuh dari kursi waktu ngebacanya dan kemudian ketawa ngakak yang bikin burung gereja di luar ruangan kena serangan jantung. Logika dari langit sebelah mana yang bisa membuat orang mengira gue mantan pacarnya Droo? Dimas akhirnya mengirimkan undangan pernikahannya untuk tanggal 6. Di situ ditulis gede-gede: & Dimas Tiba-tiba gue jadi bahan olokan di kantor sekali lagi. Tiba-tiba gue merasa incest. Kok incest? Eh, gue belum bilang ya kalau adik gue yang paling kecil namanya Dimas. Semua kejadian berantai ini bikin gue mikir. Kenapa sih gue selalu dikaitkan dengan pacar orang atau mantan pacar orang? Udah gitu semuanya gak bener lagi. Bukannya gue keberatan kalau digosipin, tapi masalahnya... itu nggak bener. Tapi sih sebenarnya gue sih nggak masalah kalau digosipinnya pacaran ama Cillian Murphy.
posted by dee @ 12:14 AM
Monday, April 17, 2006 Pintu yang tertutup itu... *** Pengumuman sebuah lomba akhirnya keluar juga. Guess, what? Gue nggak menang. Haaah... sebenarnya gue juga gak terlalu banyak berharap. Bukannya lomba itu sulit atau gimana, hanya saja... umm... anggap aja... gue gak yakin apa yang gue tulis sesuai dengan selera jurinya. Ah, that's the line. Yah, katanya sih masih ada pengumuman lanjutan, tapi gue juga gak berharap banyak. Pintu yang terbuka itu... Putri menawarkan ide novel baru. That's so surprising, mengingat dia selama ini selalu mengambil posisi sebagai pembaca sekaligus pencela cerita orang. Termasuk cerita gue. Sekarang, dia lagi sharing ide novelnya. Ide yang bagus, Put. Hanya saja sepertinya harus mengantri. Ingat novel fantasi yang loe hajar sampai babak belur, put? Iya, yang satu itu. Sekarang tokoh utamanya lagi meneror gue. Jadi gue harus namatin mereka dulu sebelum pindah ke proyek lain. Kemajuan novel gue nggak banyak, tapi mulai pasti. Gue tahu cerita mau dibawa kemana, gimana tengahnya, gimana endingnya. Hanya saja, gue masih kesulitan membuat detilnya. Ceritanya berkembang banget, mulai dari sekedar petualangan yang dibumbui romance, sampai ke cerita misteri detektif berbau konspirasi. Gue masih sedikit kesulitan menggabungkan logikanya, tapi gue percaya gue bisa mengatasinya, kok. Semoga. *** Ilustrator gue, Lala, menawarkan proyek baru. Membantu dia membuat cerita untuk tugas akhirnya. Ia berencana membuat cerita anak-anak gitu. Tapi, idenya belum disetujui dosen pembimbingnya. Gue udah say yes, sih. Tapi sejujurnya gue belum punya bayangan. Ah, gue emang terlalu mudah say yes. *** Kata salah satu pengunjung blog asuhan gue, blog gue masuk ke dalam artikel di koran Sindo. Masih gak jelas koran Sindo edisi kapan. Nggak jelas juga isi artikelnya apa. Gue masih berharap orang yang memberi tahu itu mau mengirimkan beritanya. (Hey, bukan salah gue Koran Sindo nggak ada situsnya). Tapi yang jelas, gue kaget banget. Nggak percaya kalau blog yang satu itu bisa menarik perhatian media cetak. Soalnya selama ini, boro-boro menarik perhatian media cetak, orang pengunjung juga gak gitu banyak. Sedikit khawatir juga bakal menarik perhatian orang-orang yang gue bantai dalam situs. Tapi yah, sudahlah. Kita lihat saja nanti. Yang penting terkenal dulu, kan?
posted by dee @ 5:44 PM
Tuesday, April 11, 2006 Itu pandangan gue sebelum nonton Ice Age 2: Meltdown. Setelah nonton, pandangan gue sedikit berubah. Hari senin kemarin, gue nonton Ice Age 2 bareng adik-adik gue. Gue sih merasa udah berusaha datang sepagi mungkin. Bahkan gue udah turun dari mobil pas pemeriksaan (gak nunggu parkir dulu) biar bisa dapat kursi sebelakang mungkin. Tapi yah, itulah salah satu jeleknya nonton film anak-anak. Banyak orang yang membawa rombongan tuyul di mana-mana hingga gue dapat kursi di deretan J. Gak lama setelah film diputar, gue baru menyadari ada gak enaknya nonton film anak-anak. Pertama, anak-anak itu jauh lebih berisik dari yang gue bayangkan. Kedua, anak-anak itu kalau ngomongin film lebih menyebalkan daripada orang dewasa. Ketiga, mereka sering melakukan hal-hal tak terduga yang bikin loe mikir lagi mo nonton film anak-anak. Ketiga masalah itu, sayangnya, duduk tepat di sebelah gue. Pada awalnya gue nggak punya masalah saat bapak-bapak bule dengan dua anak yang berumur sekitar 6 tahun. Lalu mereka mulai mengajukan rentetan pertanyaan kepada bokapnya (yang dengan pintar milih tempat di pojok). "Daddy, what’s that? What’s this?" "It’s about animals, dear. Please, be quiet."Bokapnya ngomong pelan-pelan. Tapi tetap aja anaknya reseh. Sayang gue gak bisa lihat muka bokapnya. Kalau bisa, gue yakin warnanya merah. Setengah pertunjukkan berlangsung... "Daddy, what’s this movie all about?" Yaelah. Udah nonton setengah jalan masih gak ngerti filmnya? Duuh.... he's too young! Kenapa juga anak sekecil ini dibawa nonton? Tapi itu semua nggak ada apa-apanya sampai si anak melakukan hal yang tidak terduga. Pertama-tama gue hanya mencium sesuatu yang tidak enak. Sangat tidak enak. Silahkan berpikir bau apa itu. Gue juga udah berpikir yang aneh-aneh, tapi pikiran itu tidak bisa dibuktikan (untungnya) sampai film berakhir. Gue hanya bisa menduga-duga sampai lampu dinyalakan dan gue menemukan tumpukan warna cokelat muda tipis di bangku biru sebelah. Pikiran pertama gue itu adalah . Gue udah sibuk aja ngeliatin baju gue. Takut-takut kena. Tapi setelah lama berpikir, gue jadi ragu (dan kemudian jadi yakin) bahwa itu bukan . Itu adalah..... p u p. PS: Kalau ke Setiabudi 21 dan nonton di teater 4, jangan duduk di J18. Oh, you know why.
posted by dee @ 5:54 PM
Wednesday, April 05, 2006
posted by dee @ 11:50 PM
Tuesday, April 04, 2006
posted by dee @ 1:20 AM
Sunday, April 02, 2006 Kita mulai dengan kabar baiknya. Kabar baiknya.... Saya tidak perlu lagi melihat ayam satu ini beterbangan di American Idol 5. He..he..he... saya tahu, berita ini basi banget. Udah telat seminggu. Tapi gimanapun juga, saya masih senang dan ini adalah blog saya. Jadi suka-suka saya kan mau isi apa? (egois mode: on) Kabar kedua (aka bad news) datang dari ayam yang satu ini. Agnes Monica *perhatikan wajahnya yang penuh kemenangan karena berhasil membuat saya pusing* Setelah mendengar lagu ayam satu ini di mobil Vios Babe-nya Putsky, saya memutuskan untuk membeli albumnya. Tentu saja prosesnya tidak instan. Saya bukan panic buyer yang langsung membeli barang tanpa proses berpikir. Ada masa dua tiga kali saya terpapar album satu ini, hingga akhirnya saat saya terdampar di toko kaset terjadi konflik internal dalam diri saya. Nggak. Gila loe! Beli albumnya Agmon? Apa kata Anak KG kalau tahu! Loe kan salah satu Beli. Lagu-lagunya enak. Gak nyangka kan lagu pertamanya Agmon bikin gambaran dalam novel loe jadi kelihatan nyata. Gila, susah cari lagu yang bisa bikin loe begitu, ndul. Nggak Udah. Cari jalan tengahnya aja. Beli MP3 bajakannya aja... tapi lagi males nyarinya.... Beli *telepon ke adik cari dukungan* "Beli aja." "Apa?" Saya takut salah mendengar. Sebenarnya saya sedikit berharap dia terjatuh atau mempertanyakan kewarasan saya. Sayang sekali. Kadang-kadang saya ingin dianggap tidak waras. "Lagunya enak-enak, kok." "Tapi Agmon gitu lho." "Emang kenapa kalau Agmon?" "Ya... Agmon gitu lho." Saya merendahkan suara, takut diperhatikan orang se-toko kaset. Ini makhluk apa kaga' sadar kakaknya salah satu pembenci Agmon setelah makhluk itu "Beli aja." Klik. Damn. Bahkan adik sendiri tidak mendukung. Anyway, pada akhirnya saya membeli kaset Agmon. *melirik kembali ke foto agmon di atas* Tentu saja dengan ditutupi kaset konsernya Siti Nurhaliza di London dan kaset Celtic Circle 3. Paling tidak kalau ketangkap basah wartawan *ehm!* atau fans *gedubrak!*, saya jadi punya alasan buat ngeles. He...he..he.... NB: Kejadian ini akhirnya saya laporkan ke Putsky. Bagaimanapun juga, saya ingin tahu reaksinya. Menyedihkan sekali. Satu-satunya reaksi yang ia tampilkan hanyalah, "What do you want me to say?" Halaaaah.... mungkin dunia ini memang tidak akan kiamat dengan saya membeli ayam pelangi ini.
posted by dee @ 10:54 PM
Dee = Mantan Pacar /Pacar Orang?
Pada zaman dahulu kala, ketika matahari masih bersinar di tempat gue bekerja, ketika pelangi dan kupu-kupu masih menghiasi langit, ketika sahabat-sahabat terbaik gue masih ngumpul dalam satu keluarga perguruan silat yang berbahagia, dan ketika kaum kucing masih berlari bebas dan liar di halaman parkir kantor, ada satu kejadian yang hampir saja gue lupakan kalau bukan karena satu paragraf di salah satu postingan Droo.
"Put...Put... loe tahu nggak nama pacarnya Dimas."
#2
#4
Diah
Jadi mungkin masalahnya, bukan soal Dee = mantan pacar/ pacar orang, tapi masalahnya gosip dengan siapa gitu lho. He..he..he...
Saat Satu Pintu Tertutup, Pintu Lain...
Sudah beberapa saat sejak kesempatan gue untuk memulai hidup baru di tempat lain terbuka. Sejak itu belum ada tanda-tanda ajakan untuk 'melanjutkan hubungan'. Dan gue mulai kehilangan harapan. Yah, sebenarnya sih kecewa banget juga nggak. Toh kalau dipikir-pikir, I've got nothing to lose. I still have great friends, great boss, steady monthly income. Tapi tetap saja, gue berharap dapat memulai sesuatu yang baru setelah begitu lama berada di tempat yang sama.
Kalau dilihat-lihat lagi point-point di atas, sepertinya lebih banyak pintu yang terbuka, ya. Memang beberapa point yang tertutup itu krusial banget (apalagi ditambah satu lagi pintu tertutup yang tidak enak dibicarakan di sini karena akan membuat saya seperti orang yang tidak ingin saya bicarakan) .
He..he..he.. mungkin, pada akhirnya, hidup sebagai seorang Dee nggak terlalu menyedihkan.
Misteri J18
Bukan Janda!
Purple is the color of mourning for widows in Thailand.
Anjrit.
Hanya karena ini semua orang menganggap ungu warna janda?
For Your Information ye, ungu tuh warna bangsawan. Kaisar Nero memakai jubah ungu. Raja-raja Perancis dulu juga pakai jubah ungu. Ungu diasosiasikan dengan keluarga ningrat dan spiritualitas. Ungu juga warna favorit Cleopatra. Bahkan untuk menciptakan warna ungu untuk jubahnya, Cleopatra merendam 20.000 siput selama 10 hari (yah bukan Cleo-nya sih.. paling pembantunya juga yang kerja...). Richard Wagner menciptakan operanya di kamar berwarna ungu, warna inspirasinya. Leonardo da Vinci malah bilang warna ungu bisa meningkatkan meditasinya 10 x lebih gede. Weee.....
Tuh, kan!
Ungu itu warna keren. Warna misterius, spiritualitas, inspirasi, fantasi, bukan janda!Your Power Color Is Indigo
At Your Highest: You are on a fast track to success - and others believe in you.
At Your Lowest: You require a lot of attention and praise.
In Love: You see people as how you want them to be, not as how they are.
How You're Attractive: You're dramatic flair makes others see you as mysterious and romantic.
Your Eternal Question: "Does This Work Into My Future Plans?"
Dia yang Bertelinga Kupu-Kupu
Huaahaahahahahahahahahah......
*Memperhatikan mata harimau yang bete*
Eh, gomen. Kamu tidak suka yang dibilang harimau-sumatera-bertelinga-kupu-kupu. Baiklah, butterfly-eared sumatran tiger... gyahahahhaahhaa... atau kamu lebih suka dipanggil harimau telinga pita pink? harimau berbando pink? harimau kecil bertelinga besar (seperti dumbo atau bona begitu)?
*digampar harimau*
Pesan Sponsor:
Pada saat ini hanya tinggal 400-500 Harimau Sumatra. Dari 8 Harimau Sumatra yang lahir, hanya 5 yang bertahan hidup dan akan punah dalam waktu sepuluh tahun. Ironisnya, mereka yang bertahan hidup justru berada di kebun binatang yang bukan merupakan habitat asli mereka. Jadi, lindungilah Harimau Sumatra agar tidak punah seperti saudara mereka di Jawa dan agar kita bisa terus menikmati telinga kupu-kupu mereka.
*dikejar harimau*
Chicken Week