Saat Satu Pintu Tertutup, Pintu Lain...
Pintu yang tertutup itu...
Sudah beberapa saat sejak kesempatan gue untuk memulai hidup baru di tempat lain terbuka. Sejak itu belum ada tanda-tanda ajakan untuk 'melanjutkan hubungan'. Dan gue mulai kehilangan harapan. Yah, sebenarnya sih kecewa banget juga nggak. Toh kalau dipikir-pikir, I've got nothing to lose. I still have great friends, great boss, steady monthly income. Tapi tetap saja, gue berharap dapat memulai sesuatu yang baru setelah begitu lama berada di tempat yang sama.
***
Pengumuman sebuah lomba akhirnya keluar juga. Guess, what? Gue nggak menang. Haaah... sebenarnya gue juga gak terlalu banyak berharap. Bukannya lomba itu sulit atau gimana, hanya saja... umm... anggap aja... gue gak yakin apa yang gue tulis sesuai dengan selera jurinya. Ah, that's the line. Yah, katanya sih masih ada pengumuman lanjutan, tapi gue juga gak berharap banyak.
Pintu yang terbuka itu...
Putri menawarkan ide novel baru. That's so surprising, mengingat dia selama ini selalu mengambil posisi sebagai pembaca sekaligus pencela cerita orang. Termasuk cerita gue. Sekarang, dia lagi sharing ide novelnya. Ide yang bagus, Put. Hanya saja sepertinya harus mengantri. Ingat novel fantasi yang loe hajar sampai babak belur, put? Iya, yang satu itu. Sekarang tokoh utamanya lagi meneror gue. Jadi gue harus namatin mereka dulu sebelum pindah ke proyek lain.
Kemajuan novel gue nggak banyak, tapi mulai pasti. Gue tahu cerita mau dibawa kemana, gimana tengahnya, gimana endingnya. Hanya saja, gue masih kesulitan membuat detilnya. Ceritanya berkembang banget, mulai dari sekedar petualangan yang dibumbui romance, sampai ke cerita misteri detektif berbau konspirasi. Gue masih sedikit kesulitan menggabungkan logikanya, tapi gue percaya gue bisa mengatasinya, kok. Semoga.
***
Ilustrator gue, Lala, menawarkan proyek baru. Membantu dia membuat cerita untuk tugas akhirnya. Ia berencana membuat cerita anak-anak gitu. Tapi, idenya belum disetujui dosen pembimbingnya. Gue udah say yes, sih. Tapi sejujurnya gue belum punya bayangan. Ah, gue emang terlalu mudah say yes.
***
Kata salah satu pengunjung blog asuhan gue, blog gue masuk ke dalam artikel di koran Sindo. Masih gak jelas koran Sindo edisi kapan. Nggak jelas juga isi artikelnya apa. Gue masih berharap orang yang memberi tahu itu mau mengirimkan beritanya. (Hey, bukan salah gue Koran Sindo nggak ada situsnya). Tapi yang jelas, gue kaget banget. Nggak percaya kalau blog yang satu itu bisa menarik perhatian media cetak. Soalnya selama ini, boro-boro menarik perhatian media cetak, orang pengunjung juga gak gitu banyak. Sedikit khawatir juga bakal menarik perhatian orang-orang yang gue bantai dalam situs. Tapi yah, sudahlah. Kita lihat saja nanti. Yang penting terkenal dulu, kan?
Kalau dilihat-lihat lagi point-point di atas, sepertinya lebih banyak pintu yang terbuka, ya. Memang beberapa point yang tertutup itu krusial banget (apalagi ditambah satu lagi pintu tertutup yang tidak enak dibicarakan di sini karena akan membuat saya seperti orang yang tidak ingin saya bicarakan) .
He..he..he.. mungkin, pada akhirnya, hidup sebagai seorang Dee nggak terlalu menyedihkan.