Petualangan Wibi dan Empat Anak Kucing (1)
Sehari setelah tahun baru, gue mendapat kejutan besar. Lebih mengejutkan lagi, itu berasal dari orang yang paling gak gue duga, Wibi. Makhluk paling ajaib se divisi tetangga. Gimana gak ajaib kalo badannya aja dua dimensi? Gyahahahaa....
Anyway, pagi-pagi Wibi sudah mendarat di meja gue sambil berkata, "Mari ikut saya ke kantor polisi."
Huehh??
Ini suatu hal yang tidak diduga-duga, sodara-sodara. Pertama-tama, gue gak akrab-akrab banget sama Wibi kecuali hubungan sebagai pemilik mobil dan makhluk yang suka menumpang (yeah... yang numpang itu gue). Kalaupun main ke divisi gue, dia lebih sering nempel ke temen-temen gue.
Makanya sambil jalan ke ruangannya, gue gak habis pikir. Jangan-jangan pas sampai di cubiclenya, dia malah ngomong, "Lho ngapain ngikut-ngikut?" Mana tampangnya gak jelas lagi. Perpaduan antara muka datar dan senyum jahil. Kalo di Bleach tuh ya pantesnya dia jadi makhluk gabungan antara Gin Ichimaru, Uruhara, ama hollow!
Tapi untungnya, gue salah. Yang gue hadapi jauh di luar dugaan gue.
Di antara tumpukan kardus bekas, di sela-sela sudut lemari buku, tergeletak 4 ekor anak kucing yang lagi berusaha merayap keluar. Kitten, sodara-sodara! Gue nggak tahan untuk megang mereka. Ya ampun... lucu banget. Dua memiliki tiga warna, dua lagi putih kuning. Matanya sudah terbuka, sih, tapi sibuk mencari emaknya yang entah ada di mana. Perkiraan gue, umurnya mungkin seminggu atau dua minggulah.
Tapi gue (dan semua orang) gak habis berpikir. Gimana ceritanya bisa masuk ke dalam ruangan yang notabene selalu ditutup itu? Gimana caranya emaknya meletakkan 4 anaknya ke dalam ruangan tanpa ketahuan? Lebih parah lagi, kok ya naruhnya pas di cubicle si bos yang anti ama kucing?
Mana yang dikasih 'hadiah tahun baru' tentu aja langsung menyingkir jauh-jauh dan minta agar hadiah itu diretur saja. Sementara kami, para anak buah, dipaksa untuk menggelar meeting dadakan. Berbagai rencana keluar. Mulai dari dibiarkan begitu saja di sana (gyahahahhaa....*tanduk setan keluar*), memberikan pita pada setiap kitten dan membaginya ke bos-bos yang lain, lapor ke polisi, memanggil office lady kami dan meminta dia mengurusnya (yang katanya mengenal maknya anak-anak kucing ini), hingga mencari manusia berbudi luhur yang bersedia mengadopsi mereka.
Tapi belum sempat kucing-kucing tersebut melakukan voting, Wibi sudah mengambil keputusan.
"Dah gue bawa pulang aja."
Gue bengong.
"Semua?"
"He-eh."
"Serius?"
Wibi tuh kadang-kadang suka gak jelas antara serius ama bercanda. Lagipula gimana gue nggak nganggap dia bercanda. 4 kitten gitu lho! Gue sendiri belum tentu sanggup memeliharanya. Lagipula orang rumah gue pasti pada protes. Belum lagi kalau kucing-kucing gue ikutan protes. Haaaaaahhh...
Maka, jadilah Wibi orang tua angkat secara resmi bagi the four little kittens siang itu. Ia membawa kucing-kucing itu (lengkap sekardusnya) ke rumahnya yang kebetulan gak gitu jauh dari kantor.
Tapi cerita ini belum berakhir bahagia sampai di sini. Cerita menegangkan tentang petualangan Wibi dan empat anak kucing masih akan terus berlangsung...