The Fall and Rise of Dee
Hasilnya, seperti sudah bisa ditebak, gue gagal. Kecewa? Iyalah. Mana mungkin orang gagal malah tebar-tebar confetti.
Tapi gue tetap lega kok.
Pertama, gue dikenal sebagai penulis yang cuma nulis setengah-setengah. Belum ada satu novel yang lengkap. Semuanya setengah jalan. Lomba inilah yang mendorong gue kok untuk menulis novel pertama dengan lengkap! Gue dipaksa untuk melompati batas yang gue miliki dan mengalahkan rasa malas yang luar biasa itu.
Kedua, inilah konsekuensi hasil keputusan gue. Sudah tahu temanya tentang teenlit tapi malah nulisnya tentang kehidupan remaja di dunia fantasi... gyahahahahaa... melenceng jauh sekali dari planet bumi, letnan! Belum lagi ditambah bumbu adventure, sihir, dan misterinya. Dan ketika kamu berbeda dengan yang lain (bayangkan di sebuah kotak di mana sebuah bola berwarna merah sementara kamu menjadi bola berwarna hitam), kamu bisa jadi diambil atau sebaliknya, dibuang jauh-jauh karena ngerusak tema. Udah jelas kan gue yang mana?
Yang ketiga, gue mungkin bisa memaksakan diri menulis teenlit dengan gaya penulisan penulis muda sekarang. Buat tokoh cewek cantik, ketemu cowok ganteng, tambah saingan yang suka sirik, kasih percikan konflik-konflik khas anak muda....jadi deh. Tapi untuk apa gue tetap menulisnya kalau secara pribadi nggak memuaskan?
Keempat, penulis yang baik juga sebaiknya belajar to deal with rejection. Semua penulis besar, gue pikir, pernah ditolak. Gue pernah membicarakan ini di milis, dan hasilnya menarik. Begitu banyak penulis yang pernah ditolak. Ada yang puluhan kali. Ada yang menuliskan perbandingan penolakan itu 10:4 (kalau tidak salah). Artinya 10 kali ngirim, 4 diterima.
Lalu gue sempat berdo'a. Tuhan, kalau memang kegagalan ini akan membentuk gue menjadi penulis yang seribu kali lebih baik, kalau kegagalan ini akan membuat tulisan gue setaraf dengan tulisan Agatha Christie, Stephen King, dan Michael Crichton.... gue rela. Gue ridho dunia akhirat. Bahkan seribu kali kegagalan seperti ini juga gue terima kalau ini akan membantu gue mendapatkan penghargaan nobel or something like that di masa depan.
Jadi, lebih baik gue konsentrasi pada dua hal sekarang. Lomba menulis thriller di Mizan dan memperbaiki naskah yang ditolak Grasindo saja. Hey, penerbit gak cuma Grasindo saja kan?
Ada yang mau jadi reader gue kalau nanti perbaikannya sudah selesai?