Bagaimana Dee bisa nyemplung ke dunia menulis: The Beginning.
Saat membuat profile gue untuk blog Chic, gue jadi teringat masa kecil gue dan gimana gue bisa jadi suka menulis seperti sekarang.
Pertama-tama gue harus menyalahkan bokap gue. Waktu kecil, gue sering banget dibawa ke toko buku. Waktu itu, gue ada di Semarang dan toko buku yang ada cuma toko buku Gramedia (baru buka, lagi!) dan sebuah toko buku kecil, tua, dan lusuh yang ada di sebelahnya. Tunggu sebentar. Umm... kayaknya waktu itu juga ada toko buku di toserba Mickey Mouse dan Sri Ratu. Tapi, kecil gitulah.
Entah kerasukan angin mana, bokap gue ngebawa gue ke toko buku hampir tiap minggu. Nggak heran kalau sampai sekarang gue bisa seminggu dua kali atau lebih ke toko buku. Nggak heran juga kalau di divisi gue, gue melulu yang kena jatah belanja buku. Lah gak ada yang lebih gila kalau soal belanja buku dari gue (baca: belanja buku, bukan baca buku!).
Ngomongin soal toko buku kecil, tua dan lusuh itu gue jadi ingat. Di sana, gue pernah mencari komik-komik Asterik. Lengkap banget dulu di sana. Tapi gue juga ingat perasaan kasihan gue. Saat itu, gramedia baru aja di bangun. Gue yang waktu itu baru kelas 4 SD mikir. Aduh, kasihan banget toko ini. Pasti kalah saingan ama Gramedia. Ngomong-ngomong, masih ada gak ya tokonya?
Kembali soal gue dan dunia menulis. Sebenarnya gue nggak nyadar kalau gue bisa nulis karangan. Yang benar-benar bikin gue ngeh kalau gue bisa ngarang adalah bu guru SD gue. Namanya... namanya... he..he..he... nggak ingat! Benar-benar murid yang gak berbakti! Yang gue ingat adalah namanya dimulai dari huruf L.
Waktu itu ada dua lomba di sekolah gue. Lomba menggambar ama lomba mengarang. Sebenarnya gue sih bisa ikut dua-duanya (nyombong dikit lah ). Bahkan pas temen gue yang kena suruh lomba menggambar, gue agak sebel. Gue kan bisa ikut! Kenapa malah gue yang disuruh ikutan lomba ngarang?
Tapi namanya anak kecil. Emang bisa nolak kalau disuruh ama guru? Apalagi gue kan murid berbakti. (Berbakti apa! Orang nama gurunya aja gak ingat! *pletak*!)
Nah tema mengarang waktu itu adalah Desaku. Iya. Jangan ketawa! Tulisan dibuat kertas folio bergaris satu halaman. Gyahahahahaha..... (Nah malah ketawa sendiri)
Tapi itulah awal dari segalanya. Bangkitnya kesadaran bagi seorang Dee.
Gue ingat banget pagi itu gue jalan ke kelas yang lagi diajar guru gue itu untuk menyerahkan hasil tulisan gue. Saat itu anak kelas 6 lagi pada mencatat dan gue dengan nekad banget masuk. Gue nggak ingat si ibu itu berkomentar hari itu atau beberapa hari kemudian, tapi yang jelas dia mengatakan satu hal yang gak gue lupakan sampai detik ini.
"Tulisan kamu bagus. Lebih bagus dari yang dibuat anak kelas 6."
Saat itu rasanya langit terbelah dan ada sinar yang langsung nyorot tepat di atas gue. Mata gue langsung berbinar-binar dan perasaan gue langsung berbunga-bunga. Anak kelas 5 SDdibilangin tulisannya lebih bagus dari anak kelas 6. Anak kecil mana yang gak GR?
Pada akhirnya gue memang tidak menang. Tapi gue mendapatkan satu hal yang lebih berharga dari tropi manapun: kesadaran. Kesadaran bahwa gue punya bakat nulis. Kesadaran bahwa gue punya suatu potensi untuk dikembangkan, potensi yang bahkan selama ini gak gue sadari.
Ah, bu guru, saya tahu saya tidak berbakti dengan tidak mengingat nama Anda. Tapi percayalah, kalimat pendek telah merubah hidup seorang anak hingga ia berakhir seperti sekarang. Terima kasih, Bu. Terima kasih banyak.