dee. twenty something. single. a wannabe writer who's currently stuck living an editor's life. always have the perfect reason not to write. love lavender, cheese, tiramisu, tea, and cats. thinking of becoming a cheetah in the next life. current cat pet: 0. current dead cat pet: 5
Judul Buku: Ulysess Moore: Door to Time
Nggak ada yang lebih menarik dari sebuah rumah tua. Ada banyak misteri, teka-teki, dan pertanyaan. Gabungkan dengan pemiliknya yang misterius dan tiga anak yang penasaran. Hasilnya adalah petualangan ke tempat yang nggak terduga.
Penyanyi : Shinhwa
Judul Album: Inspiration #1(2006)
Salah satu artis korea favorit gue adalah Shinhwa. Di album teranyar (paling gak yang gue dapat), mereka masih setia dengan irama lama mereka yang serba ngebeat (walau ada beberapa yang ballad). Lagu yang paling gue sukai adalah Paradise, Bokurano, Throw Your Fist.
Judul: 4400
Pemain: Patrick Flueger, Joel Gretsch, Jacqueline McKenzie
4400 bertutur tentang kisah 4400 orang yang hilang dari tahun 45 dan mendadak muncul bersama-sama. Bukan itu saja, mereka mendadak punya kekuatan ekstra. Ada apa di balik semua ini? Benarkah ada alien terlibat? Lumayan bagus, meski saya lebih suka Heroes.
Fellow Friends
Arif Susanto
Chic-ers Talk
Hannie
Linda
Mel
Peny
Putsky
Sontoloyo
Yunita: Bukan Janda Kembang
Fellow KG-ers
Andrew/Ilovesherina
Colleen Lupe
Dian Ara
Ireth
Jack13
Jeffry Lubis
Muncha: L'Arcoholic Anonymous
Fellow Writers
Agung Bawantara
A.S. Laksana
Ollie
Primadonna Angela
Syafrina Siregar
Powered By: Blogger
Lay Out By: Trina
Lay Out Picture is the original work of: Makoto Muramatsu
Picture Hosting By: ember foto dan weblogimages
Icons By: kao-ani.com, kawaiiness.com, and real facemark animation
|
Sunday, February 11, 2007
Manusia Jakarta (Mungkin) Takkan Berubah
Sudah satu minggu semenjak banjir terbesar sejak zaman Belanda (katanya) melanda Jakarta. Baik yang merasakan langsung, maupun nggak langsung, sudah merasakan betapa nggak enaknya banjir. Mulai dari ikutan mati lampu dan mati air, macet di mana-mana, sampai gagal mendapatkan lilin gara-gara kalah saingan sama tetangga yang lebih duluan nyerbu supermarket. Harusnya kejadian seperti ini jadi pelajaran bersama, kan? Iya, kan?
Tapi nyatanya nggak. Atau paling nggak, ada yang nggak belajar dari kejadian yang baru lewat tujuh hari yang lalu. Tujuh. For God's sake! Minggu pagi kemarin, saya mendapat pemandangan yang tak terduga.
Setelah keinginan saya untuk berbelanja tertunda selama satu minggu, akhirnya minggu kemarin saya memutuskan untuk pergi ke Metropolitan Mall, Bekasi Barat. Tas saya sudah meraung-raung mencari replacementnya sementara boss menyuruh saya survei pacar eh pasar kecil-kecilan di toko buku. (Sejujurnya, alasan pertama lebih kuat. *ngaku*)
Begitu melewati pinggiran kali malang, sebuah mobil sedan melintas di depan saya dan melakukan perbuatan yang paling nista yang seharusnya tidak dilakukan oleh manusia beradab kota yang berasal dari kelas yang seharusnya tidak melakukan hal seperti itu! Ia membuka jendela samping dan whuuurrr..... belasan potongan kertas melayang.
Saya melongo. Tiga detik kemudian, saya berteriak, "Bego! Manusia kaya' loe tuh yang bikin Jakarta banjir!" Saya berharap dia mendengar apa yang saya katakan. Ternyata di dunia ini masih ada manusia yang lebih bodoh dari keledai. Tidak mau belajar dari apa yang baru saja terjadi.
Ini bukan soal kertas, demi Tuhan. Ini soal mental yang menganggap bahwa sampah memiliki kaki dan bisa jalan sendiri ke kotak sampah.
Walaupun terlalu naif untuk mengatakan bahwa membuang sampah adalah satu-satunya alasan tunggal mengapa Jakarta banjir, tetap saja kita semua tahu mental tidak menghargai lingkungan itu yang membuat Jakarta banjir.
Kejadian itu, terus terang, membuat saja sedikit pesimis. Akankah orang-orang Jakarta berubah setelah banjir 2007? Apakah Ciliwung tidak akan menjadi tempat buang sampah lagi? Akankah orang menangis saat pohon ditebang dan situ dijadikan mall? Saya kok tidak yakin. PS: Seorang pakar iklim mengatakan bahwa tahun 2100, Istana Merdeka akan tenggelam kalau Jakarta masih aja begini. Tapi saya yakin akan banyak orang yang mengatakan, ngapain peduli? Toh 100 tahun lagi kita semua belum tentu hidup.
Labels: banjir, flood, Jakarta
|