My Life or Something Like That...

How You Are In Love

You take a while to fall in love with someone. Trust takes time.

You give and take equally in relationships.

You tend to get very attached when you're with someone. You want to see your love all the time.

You love your partner unconditionally and don't try to make them change.

You stay in love for a long time, even if you aren't loved back. When you fall, you fall hard.

How Are You In Love?

Dee's comment: Anjritt....

Monday, February 20, 2006

Dee Goes to A1

Berita ini mungkin udah basi seminggu. Sentul udah gak macet lagi, peserta A1 udah pada balik ke negaranya dan Ananda Mikola udah selesai ngamuk-ngamuk pada wartawan yang dianggap nggak mendukung dia.

Sebenarnya gue juga nggak niat menahan berita ini. Maunya begitu kejadian, langsung lapor. Habis mau gimana lagi, banyak banget masalah di kantor hingga akhirnya masalah blogging ini kudu dipending.

Tapi dengan senang hati gue melaporkan kalau pengalaman nonton A1 adalah pengalaman yang tidak akan terlupakan seumur hidup. He..he..he.. aneh, ya. Padahal gue bukan fans berat balapan A1. Bahkan gue bukan fans berat balapan. Bagi gue, mulai dari balap karung, balap makan krupuk, sampai balap mobil, semuanya biasa-biasa aja. Bahkan nonton acara balapan di TV bisa dihitung pakai jari. Gue lebih sering gue mantengin bola.

Karena itu, entah kesamber jin mana pas adik gue teriak, "Mbak, nonton A1 di sentul, yuk!" there`s something inside me yang bilang, kenapa nggak?

Anggap aja nonton sekali seumur hidup.
Anggap aja melakukan sesuatu yang baru dalam hidup.
Nonton A1 yang pertama kali di gelar di Jakarta!
Bahkan Maya yang lebih gila dalam soal balapan (F1 not A1) berkomentar soal ide gue.

Gubrak..dee, lo krasukan apa?;P pgn liat mikocok ya.. :D kyknya I'll pas d. emg tktnya brp?

Gue mengerucutkan bibir.

Sapa bilang gue ke sana mo nonton Mikocok? Orang mo nonton tetangga sebelah kok. Dblang pengkhianat jga gak pa2. He..he..he.. rumput tetangga memang lbh hijau ^_^

Oooooo...tnyt... tp ttp gak mau ah... emg kliatan dr pdium? Mndg liat dr tv, bs klos up ;p btw dia blm didepak dr tim ya? Hehehehehe...

Udah nggak ikut, nyela pula...

SMS dari Maya sempat membuat gue berpikir. Nonton gak ya… nonton gak ya… lagipula kalau dipikir-pikir gila juga. Duit 200 ribu x 2 kudu keluar Cuma buat sekali nonton kebut-kebutan! Kaya di jalanan Jakarta kurang aja. Gosh! This is my worst expence of the year! Tapi kebimbangan itu berubah jadi kepastian saat adik gue mengSMS

Mbak, tiketnya udah dapat.

Gyaaa...ya udah deh nonton.

Akhirnya dengan penuh semangat, gue jalan bareng adek gue. Suasana sentul udah ngelebihin ramenya jalur pantura kalau lebaran. Macet banget! Gue bahkan kejebak macet selama 1 jam sebelum akhirnya bisa masuk ke sentul jam 10. Tapi itu jauh lebih baik daripada penonton yang sampai parkir di jalan tol karena pintu parkir sentul sudah ditutup. Begitu macetnya sentul, sampai SBY harus diangkut pakai motor.

Begitu masuk lapangan parkir tuh udah kedengaran suara zwiiinnng... ngiiiing... Ngiiiiingggg Ya, ampyun! Seksi banget kedengerannya di telinga.

Jadi gimana rasanya nonton balapan A1?

Begitu start tuh suaranya luar biasa kencang nusuk telinga. Debu langsung beterbangan menyerbu mata kamu sementara mobil-mobil melaju luar biasa cepat. Nyaris susah ngebedain antara yang satu dengan yang lain. Kayaknya kalau nggak pegangan ama bangku tuh kita bisa kebawa angin yang dibawa ama mobil-mobil itu. Suaranya halus, tajam. Kita bisa melihat perkembangan balap dari layar yang disiapkan panitia. Karena saking cepatnya, eh nggak nyadar deh balapan sudah berakhir. Lho kok udah selesai? Lho kok udah pada buka champagne?

For you guys, gue persembahkan foto-foto hasil berburu di A1 kemarin.

Aslinya sih manis (yang kaos putih! Bukan item!), tapi kenapa gak begitu bagus pas di foto gini? Ughh...tapi, ada yang kenal gak? *wink-wink*
Lumayan buat pemandangan sambil nungguin A1 mulai.

Ananda Mikocok eh Mikola naik becak. Kejadiannya pas gue lagi sholat dzuhur lagi! Damn!

Abis ngambil gambar ini, gue di`tendang' polisi, diminta balik ke kursi penonton. Gyahahahhaa…. Udah berjuang capek-capek cuma dapat buntut mobil. By the way, gue baru tahu kalau balapan baru dimulai jam 14.30, padahal gue nunggu udah dari jam 9 pagi. Tapi kalo gak gitu, gue pasti bakal terjebak dalam macet amit-amit.

Demi dapat gambarnya Alex Yoong, gue rela nyelip di antara ketiak orang dan di atas kepala orang. Really hate that white shirt bitch....

Persiapan sebelum balapan.
Abis ini gak ada gambar bagus yang bisa didapat karena blur...cepet banget, bo...

Hasil akhir:

Alex yoong posisi 2, Ananda Mikalah (he..he..he..he...) lagi dapat posisi 14. Tapi itu kan udah kemajuan dibandingkan posisi sebelumnya, 17. Masa loncat ke posisi 1. Ayo! Fighting, Mikopyor!
Gue pulang dalam keadaan pusing berat. Dehidrasi kayaknya. ^_^ Tapi puas, kok. Puas banget. Cuma untuk nonton tahun depan gue nggak tahu. Abis selain tiketnya yang mayan mahal, harga parkirnya nyolot banget. Rp 15.000,00 untuk resmi dan Rp 5.000,00 buat preman. Belum lagi kalau mikir parkirnya. Duh... event internasional kok kayak begini.

Sunday, February 19, 2006

Balada Nasib Editor

Kalau naskah dari penulis gak bagus, bukan karena penulisnya yang gak becus nulis, tapi editornya yang salah.

Kalau desain lay-out buku gak bagus, itu bukan salah setter yang gak bisa mendesain, itu salah editor yang gak bisa ngasih ide lay-out yang bagus.

Kalau ilustrasi dalam buku jelek, itu bukan salah ilustrator, itu salah editor yang gak spesifik ngasih perintah.

Kalau cover bukunya gak menarik, itu bukan karena cover designernya yang lagi gak mood bikin, itu salah editor aja.

Kalau bukunya terlambat terbit, itu bukan karena mesinnya kurang cepat mencetak, itu salah editor (yang gak bisa nyuruh mesinnya mencetak lebih cepat).

Kalau bukunya gak laku, itu bukan karena salesnya kurang kreatif, itu salah editor yang bikin buku nggak sesuai dengan pasar.

Bahkan kalau jaringan kantor rusak, itu bukan salah virus, tapi karena salah editornya suka pakai flash disk untuk mindah data.

Tapi,

Kalau bukunya laku, itu bukan karena editornya banting tulang memperbaiki naskah penulis yang amburadul, tapi karena keberhasilan pendekatan salesnya.

Kalau desain bukunya cantik, itu bukan karena editornya cerewet mengkritik desain setternya, tapi karena setternya saja. Titik.

Kalau ilustrasinya bagus, itu bukan karena editornya pintar cari ilustrator atau pintar mengarahkan ilustrator, tapi karena pada dasarnya ilustratornya jago.

Dan kalau pada akhirnya penyebaran virus bisa diredam dengan tidak men-share file, itu bukan karena editornya bergerak cepat. It’s just pure luck aja virusnya gak bisa nembus file yang gak di share.

Oalah...nasib...nasib...